9/16/2013

Buku dan Budaya Baca

Karakteristik buku banyak memberikan kemudahan dalam membacanya. Mulai dari penulisannya, editing, cetak, dan kemudian distribusinya, proses pembuatan sebuah buku memang memakan waktu lama, jauh lebih lama daripada media lainnya. Selain itu buku-buku tidak bisa begitu saja digabungkan, diubah, ditambah dan dipisah-pisahkan semudah sistem elektronik. Meski demikian buku dikenal memang karena sifatnya yang relatif lebih bertahan dan lebih mudah dibawa (portable). Teks dalam buku-buku lebih stabil-dan dapat dibaca berulang-ulang. Sampai saat ini buku masih tetap dianggap sebagai media yang paling berwibawa, meskipun bukan yang paling pervasif. Peran buku masih tetap kuat karena posisi sentralnya dalam sistem pendidikan. Budaya membaca sebagai kegiatan yang berkait erat dengan buku masih akan berlanjut dan menjadi aspek terpenting dalam pendidikan. Selain itu, membaca merupakan salah satu kunci (selain menulis) dari melek huruf, membaca Francis Bacon bilang "menciptakan manusia yang lengkap."

Apakah ada alasan lain mengapa buku sedemikian kuat dan solid dalam perannya sebagai media yang sulit tergantikan? Sejarah dunia perbukuan sendiri dimulai sudah sangat lama, bahkan lama sebelum Johann Gutenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama di pertengahan abad 15. Kedudukan buku menjadi hampir tak tergoyahkan juga karena hubungannya yang kompleks dengan agama-agama. Sulit kita bayangkan ajaran suatu agama bisa mencapai pemeluknya tanpa adanya kitab dalam bentuk buku. Tak heran jika buku mendapatkan "kehormatan"nya yang luar biasa sebagai dokumen yang berisi ajaran agama. Oleh karena yang sama, buku selanjutnya sering dianggap sebagai sumber kebenaran.Anggapan ini secara sadar atau tidak berkembang ditujukan juga untuk buku-buku di luar bidang keagamaan. Dari sinilah buku memperoleh kesannya yang positif.

Sebenarnya kesan ini bukan sekadar ilusi. Sejarah mencatat seperti terdokumentasikan dalam buku Books That Changed The World bagaimana buku-buku hebat seperti karya Albert Enstein, Special Theory of Relativity, mengubah pandangan kita tentang ruang dan waktu, zat dan energi. Implikasi dari buku bersangkutan telah menjungkirbalikkan anggapan lama dan menunjukkan arah baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana dengan definisi cinta yang dikemukakan Socrates dalam Symposium-nya Plato? Sedikit banyak pandangan filsuf Yunani tersebut telah membentuk dasar-dasar opini kita saat ini tentang cinta yang universal.

Belum lagi jutaan dan jutaan buku agama atau kitab suci, dari masa ke masa, yang telah menjadi pegangan manusia dalam menjalani hidupnya. Tak bisa dipungkiri, kitab-kitab ini telah membentuk cara pandang manusia terhadap kehidupannya, memantapkannya dengan jalan yang telah ditempuhnya, mengubah apa yang telah diyakininya, menjadikannya kian tabah dan yakin atas perjuangannya, dan seterusnya. Semuanya itu memiliki implikasi yang tidak kecil dan bahkan mampu mengubah sejarah satu bangsa dan dunia. Singkat kata, buku mempunyai peran yang tidak kecil dalam mendorong perkembangan sosial, budaya, teknologi, politik dan ekonomi. Namun, buku-buku saja tanpa adanya kegiatan membaca yang bermutu tak akan ada manfaatnya.


Pustaka
Aku cinta buku: menumbuhkan minat baca pada anak Oleh Joko D. Muktiono

Tidak ada komentar :

Posting Komentar