7/27/2013

Penyakit Jantung Iskemik

) terdiri dari suatu kelompok sindrom yang saling terkait dengan erat dan terjadi karena iskemiayang pada hakekatnya merupakan ketidakseimbangan antara kebutuhan jantung dan pasokan darah bersih lewat pembuluh darah koronaria. Pada sebagian besar kasus, iskemia bukan hanya menyebabkan insufisiensi oksigen (hipoksia, anoksia), tetapi juga mengurangi ketersediaan nutrien dan pengeluaran metabolit.


Iskemia dapat disebabkan oleh:
- Berkurangnya aliran darah koroner (penyebab pada >90% kasus) yang terjadi karena kombinasi aterosklerosis, vasospasme, dan trombosis koroner.- Keadaan yang kadang-kadang menyebabkan berkurangnya aliran darah koroner meliputi arteritis, emboli, vasospasme yang ditimbulkan oleh kokain dan syok (yang menimbulkan hipotensi sistemik).
- Pengobatan kebutuhan miokardium (misalnya pada takikardia, hipertrofi jantung).
- Hipoksia akibat berkurangnya transpor oksigen (secara keseluruhan merupakan penyebab iskemia yang tidak begitu serius jika dibandingkan dengan berkurangnya aliran darah mengingat pada keadaan ini, pasokan nutrien dan pengeluaran metabolit tidak terpengaruh). Walaupun demikian, hipoksia dapat menyebabkan timbulnya iskemia karena penyebab lain. Hipoksia terjadi sekunder karena anemia yang berat, penyakit paru yang lanjut, penyakit jantung kongenital sianotik, keracunan karbon monoksida, dan kebiasaan merokok.
Ada empat sindrom iskemik yang saling overlapping, dengan intensitas dan kecepatan onset yang berbeda (hal ini akan dijelaskan kemudian secara,lebih rind):

1. Infark miokardium merupakan bentuk penyakit jantung iskemik yang paling penting; infark miokardium terjadi kalau durasi dan intensitas iskemia cukup berat untuk menimbulkan kematian pada otot jantung.

2. Angina pektoris ditandai oleh nyeri substernal yang terjadi secara tiba-tiba; durasi dan intensitas iskemia tidak cukup untuk menimbulkan infark. Ada tiga pola angina yang dikenal berdasarkan sifat provokasi dan intensitas nyeri:
Stable angina: Gejala angina terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas fisik atau exercise dalam taraf tertentu dan menghilang ketika orang itu beristirahat. Secara khas, stable angina terlihat ketika terdapat stenosis yang stahil dan kronik sebesar 75% atau lebih di dalam arteri koronaria.
Prinzmetal angina: Angina yang ditimbulkan oleh vasospasme ini secara khas terjadi tanpa penyakit aterosklerosis yang persisten.
Unstable angina: Biasanya, tipe ini terjadi karena disrupsi plak aterosklerotik dengan trombosis mural yang bervariasi dan biasanya tidak total; karena itu, tipe angina tersebut tidak memiliki korelasi yang jelas dengan aktivitas fisik. Karena mekanisme terjadinya serupa dengan infark miokardium, kerap kali unstable angina menjadi petanda adanya infark miokardium.

3. Penyakit jantung iskemik yang kronik secara khas terlihat pada pasien-pasien berusia lanjut dengan aterosklerosis multivessel koroner yang sedang hingga berat dan secara tak terduga akan mengalami gagal jantung kongestif; keadaan ini dapat terjadi karena dekompensasi jantung pasca-infark atau karena degenerasi miosit yang lambat akibat iskemia.

Secara mikroskopik, miokardium memperlihatkan atrofi miosit vangbervariasi, dengan pengendapan lipofuscin perinuklear, miositolisis set tunggal atau kumpulan set, fibrosis perivaskuler yang difus, serta fibrosis interstisial dan pembentukan parut-(fibrosis untuk menggantikan jaringan yang rusak) yang bisa berupa bercak-bercak terpisah atau menyatu (konfluen).

Diagnosis penyakit jantung iskemik yang kronik bergantung pada pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab gagal jantung kongestif yang lainnya. Kematian dapat terjadi karena gagal jantung kongestif yang berjalan lambat tetapi progresif, infark miokardium akut yang menyertai atau karena aritmia jantung.

4. Kematian jantung mendadak diartikan sebagai kematian jantung yang tidak terduga dalam walau 1 jam sesudah onset gejalanya. Lebih dari 300.000 kasus kematian jantung mendadak terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Kematian jantung mendadak terutama disebabkan oleh penyakit jantung iskemik dengan 75% hingga 95%, korbannya sudah mengalami stenosis aterosklerotik yang signifikan; keadaan ini kerap kali pula disertai dengan disrupsi plak yang akut. Kematian jantung mendadak jarang terjadi sebagai akibat dari stenosis katup aorta, kelainan herediter atau didapat pada sistem hantaran jantung, gangguan elektrolit, prolapsus katup mitral, kardiomiopati dilatasi atau hipertrofik, deposisi miokardium, miokarditis, atau ketidakstabilan elektrik intrinsik. Pada pasien-pasien yang berhasil hidup setelah mengalami serangan jantung mendadak (dengan dilakukannya resusitasi jantung), hanya 25% hingga 50% yang kemudian benar-benar mengalami infark miokardium; hal ini menunjukkan bahwa aritmia yang fatal (misalnya, asistole atau fibrilasi ventrikel) merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kematian jantung mendadak. Aritmia mungkin dipicu oleh pembentukan parut pada sistem hantaran, jejas iskemik yang akut, atau ketidakstabilan elektrik yang terjadi karena fokus iskemik, atau karena gangguan keseimbangan elektrolit.

Pustaka Artikel Penyakit Jantung Iskemik


BS Dasar Patologis penyakit ed 7 Oleh Mitchell, Kumar, Abbas & Fausto

Tidak ada komentar :

Posting Komentar