Humor telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, seperti halnya tertawa yang telah menjadi ikon kebahagiaan. Meskipun kadang tertawa itu sangat berlebihan dan menyakitkan, apalagi tertawa di hadapan orang-orang yang terzalimi. Humor sendiri adalah sesuatu yang mampu mengundang tawa sehingga tidaklah heran jika humor selalu diidentikkan dengan sesuatu yang lucu. Lebih dari sekadar sarana hiburan, humor merupakan bahasa yang mengandaikan sekaligus membuat manusia menjadi dewasa dan manusia. G.M.Sudarta mengemukakan bahwa humor tercipta karena orang yang tidak umum, mengerjakan sesuatu yang tidak umum dengan cara umum.
Dalam humor yang baik, kita diajak untuk menertawakan diri sendiri dan mengakui bahwa manusia, siapa pun, mempunyai hal-hal yang salah, yang mengganggu orang lain, yang tidak nalar, yang tidak beres, yang perlu diperbaiki, dan yang membuat orang rendah diri secara dewasa. Orang yang merasa diri paling suci dan paling berkuasa, akan mudah dijadikan bahan humor.
Dalam tradisi pewayangan, humor telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap pementasannya. Dalam wayang kulit atau wayanggolek, adasekelompok masyarakat yang sering dinamakan punakawan atau goro-goro. Kehadiran punakawan atau goro-goro ini sangatlah penting karena mereka datang untuk menolong, mendampingi, menghibur, menyegarkan yang layu dan bekerja dengan senang hati.
C. Geertz memasukkan punakawan ke dalam kelompok ketiga dare pembagian tiga kelompok watak/karakter wayang. Kelompok watak pertama adalah dewa-dewi dengan ketua Bathara Guru, dan Durga sebagai istrinya. Kelompok watak kedua adalah kelompok bangsawan atau ksatria raja yang terdiri atas Pandawa sebagai yang diagungkan dan Kurawa sebagai Iawannya. Adapun kelompok watak ketiga adalah kelompok punakawan yang berperan sebagai pelindung dan teman perjalanan para Pandawa (Sutrisno, 1995: 42). Dalam adegan punakawan atau goro-goro, adegan kelumrahan dijungkirbalikkan, ukuran tata karma juga dibalikkan dengan lelucon.
Selain dalam bentuk performa lawakan, humor juga sering disajikan dalam bentuk kartun atau komik. Media ini memberikan keleluasaan bagi para kartunis atau komikusnya untuk mengeksplorasi berbagai tingkah lucu yang terkadang berisi sindiran dan kritikan yang sangat tajam.
Kartun yang baik haruslah menyimpan nilai artistik yang dihasilkan dari kelenturan garb, penguasaan bentuk, dan pemilihan gaga. Jika semua itu telah tercapai, tema humor akan terhidang dengan sempurna. Istilah kartun ini sering disandingkan dengan istilah karikatur.
Dalam awal perkembangannya pada masa perjuangan, media kartun dan karikatur yang semula lucu dan penuh humor, bergeser menjadi alat propaganda yang ampuh, baik dari sayap kiri maupun sayap kanan. Bersamaan dengan semakin majunya industri persuratkabaran Indonesia, eksistensi kartun dan para kartunisnya semakin kuat. Pentingnya kehadiran kartun dalam pers penerbitan, seperti majalah dan surat kabar, tidak dapat disangkal lagi. Kartun telah menyatu dengan pers. Hampir setiap surat kabar dan majalah menyediakan ruang khusus untuk kartun dan karikatur. Beberapa kartunis yang karya-karyanya sering menghiasi surat kabar lokal dan nasional di antaranya G.M. Sudarta, Dwi Koendoro, Didin Basuni, lint Kusrana, T. Sutanto, Rahmat Riyadi, Tukirno Hadi, Pramono, Priyanto S., Kelik Siswojo, Jonny Hidayat, Rahmat Gazali, Bambang Sugeng, Budi Riyanto, Edi Hermanto, Agus Nugroho, dan Gatoc Eko Cahyono.
Media hiburan lain yang tak kalah populernya adalah komik. Mungkin, beberapa di antara ada yang mempunyai pengalaman yang berkesan tentang komik terutama pada masa-masa kejayaan komik Indonesia, yakni pada 1990-an.
Komik merupakan cerita bergambar serial sebagai perpaduan karya seni rupa atau seni gambar dan seni sastra berbentuk rangkaian gambar yang keseluruhannya merupakan rangkaian cerita.
Cerita bergambar semacam komik sudah dijumpai di Cina sejak abad ke-12. Pada abad pertengahan, di Eropa retail dikenal Biblia Pauperum, suatu bentuk penerbitan kitab suci bergambar. Pada abad ke- I 9, dikenal cergam karya Rodolphe Topffer (1799-1864) di Swiss, dan Gustave Dore (1832.1883) di Francis. Tetapi, komik yang dikenal seperti yang dikenal sekarang mula-mula berkembang di Amerika Scrikat, misalnya The Katzenjantmer Kids, dibuat pada 1897.
Cerita bergambar di Indonesia dapat dijumpai, umpamanya, di kompleks percandian Prambanan dan Candi Borobudur. Pada dinding, lima di antara sepuluh tingkat, Candi Borobudur terdapat rangkaian ukiran gambar timbul (relief) sebanyak 1300 panel. Rangkaian panel tersebut berisi kisah manusia sejak kelahiran sampai kematian yang dijelmakan sebagai Budha. Adapun di Candi Prambanan, pada dinding tiga di antara candi-candinya terukir relief yang bercerita kisah Ramayana (Hari Candi Siwa bersambung ke Candi Brahma) dan Kresnajaya (di Candi Wisnu).
Di Yogyakarta dan Pacitan, Jawa Timur, dikenal wayang "beber" yang rentetan lakonnya dilukiskan bagaikan cerita komik di atas gulungan kayo atau kertas panjang. Adegan demi adegan lakon ini diceritakan oleh dalang di muka penonton dengan membuka (membeberkan) gulungan itu berangsur-angsur. Di Bali, sebelum Belanda masuk ke Indonesia dan memulai masa penjajahannya, dikenal pula cerita bergambar seperti komik berjudul Manna Lelangon dan Dampati Lelangon.
Kelahiran komik di Indonesia, seperti yang dikenal sekarang tampaknya tidak diilhami oleh sumber-sumber hudaya daerah tersebut. Komik Indonesia lebih cenderung dipengaruhi komik Amerika dan Eropa, seperti Tarzan, Flash Gordon, dan Tan Poes. Meskipun pada awal kelahiran komik Indonesia, kemudian komik wayang, tetapi kemudian tidak bertahan lama.
Pada perkembangannya, komik Indonesia mengalami pasang surut. Apalagi setelah semakin gencar masuknya komik-komik impor yang lebih atraktif dan menghibur, seperti komik-komik dari Jepang.
Dalam alur cerita komik, biasanya tidak lepas dart unsur-unsur humor. Bumbu humor menjadi bagian penting untuk memikat pembaca.Tampilan humor tersebut tidak hanya dalam bentuk kata-kata, tetapi juga karakter tokoh yang lucu. Dan ketika kits tertawa, hal itu menandakan bahwa rangsangan kelucuan gambar dan cerita tersebut telah menyentuh rasa humor kita. Rangsangan humor dart sebuah komik atau kartun adalah rangsangan paling lengkap terhadap jasmani, batin, kemampuan otak untuk berpikir, atau singkatnya rangsangan terhadap inteligensia.
Pustaka
Be Smart Bahasa Indonesia Oleh Ismail Kusmayadi, dkk
7/27/2013
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar