7/27/2013

Kegiatan Bermain Pasif

Membaca termasuk kegiatan bermain pasif, bisa dalam bentuk mendengarkan cerita yang dibacakan orang lain atau membaca sendiri. Pada usia prasekolah anak cenderung dibacakan cerita oleh orang tua atau orang lain karena pada umumnya seorang anak baru membaca sendiri setelah duduk di kelas 3 atau 4 SD.

Awalnya anak hanya mampu membaca cerita sederhana dengan kata-kata atau kalimat yang mudah dipahami. Dengan meningkatnya usia, bertambahnya perbendaharaan kata serta kemampuan membaca lebih lancar, anak dapat membaca buku yang lebih majemuk.

Umumnya kegiatan membaca dilakukan saat anak sudah lelah, sebagai pengisi waktu luang setelah melakukan kegiatan-kegiatan lain baik bermain atau belajar, kondisi tubuh sedang menurun karena sakit, cuaca udara yang tidak memungkinkan anak melakukan kegiatan di luar rumah, tidak ada teman. Bagi anak yang sulit atau tidak suka bergaul, biasanya mengisi sebagian besar waktunya dengan membaca dan hal ini bisa menghiburnya.

Kegiatan membaca umumnya lebih banyak ditemui pada anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas. Hal ini timbul bukan karena taraf inteligensi mereka lebih baik daripada anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah, melainkan karena kurangnya fasilitas buku bacaan yang tersedia.

Membaca merupakan salah satu kegiatan bermain pasif yang secara psikologis mempunyai arti positif. Ada beberapa manfaat psikologi psikologis yang dapat diperoleh melalui kegiatan ini yaitu membuat anak lebih percaya diri, lebih mandiri. Tidak perlu menggantungkan din pada orang lain untuk memperoleh hiburan dan mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya, punya pengaruh positif terhadap perkembangan kepribadian anak di kemudian hari.
kegiatan semacam ini, anak bukan hanya memperoleh kesenangan dan sikap yang positif terhadap kegiatan membaca, tapi juga dapat menambah keahlian membaca yang merupakan modal berharga terhadap bidang studi yang akan mereka tekuni di kemudian hari.

Membaca juga dapat mendorong kreativitas seseorang, tergantung dari bahan yang dibacanya. Dari kegiatan membaca, minat anak bisa dipupuk dan memperoleh pengetahuan baru. Dengan membaca, seseorang dimungkinkan untuk mendapat pemahaman (insight) terhadap masalah pribadi mereka dan memberi idea bagaimana cara memecahkan masalah.

Ada 3 media massa yang bisa menjadi bahan bacaan anak yaitu buku, surat kabar, dan majalah. Yang paling digemari anak adalah buku sedangkan surat kabar menempati urutan terakhir. Anak-anak kecil umumnya menyukai buku dalam ukuran kecil sehingga mudah dibawa atau digunakan. Yang menjadi kesukaan mereka adalah buku dengan gambar-gambar yang besar-besar dan berwarna cerah, mempunyai tokoh cerita manusia, binatang, atau benda-benda yang sudah dikenal oleh anak. Kalau pun ada tulisannya, maka sebaiknya tulisan ditulis dalam huruf yang dicetak besar-bestir, kalimat singkat, sederhana sehingga mudah dipahami.

b. Melihat komik
Yang dimaksud dengan komik adalah cerita kartun bergambar di mana unsur gambar lebih penting dari pada ceritanya. Cerita kartun bergambar bisa dijumpai dalam buku komik, majalah ataupun surat kabar. Komik banyak digemari anak-anak karena tanpa membaca tulisannya atau tanpa ada tulisan pun seseorang sudah dapat menangkap ceritanya dan tidak usah bersusah payah untuk membaca uraian yang tercantum dalam buku.

Anak-anak usia prasekolah umumnya menyukai komik yang terdiri dari tokoh binatang seperti Donal Bebek, Miki Tikus dan lain- lain. Tokoh-tokoh binatang ini berpakaian dan berbicara seperti manusia. Walaupun demikian umumnya anak-anak prasekolah menyukai macam-macam komik.
Pada usia sekolah, anak menyukai komik-komik dengan tokoh-tokoh pahlawan yang bisa dijadikan tokoh identifikasi. Anak usia sekolah menyukai cerita yang penuh misteri clan petualangan, pertempuran.

Ada beberapa alasan mengapa anak-anak menyukai komik, yaitu:
- Melalui identifikasi dengan karakter-karakter atau tokoh-tokoh dalam komik, anak punya kesempatan yang baik untuk memperoleh pemahaman tentang masalah-masalah pribadinya sehingga dapat membantu mereka menyelesaikan masalah.
- Komik dapat memenuhi keingintahuan mereka tentang hal-hal supernatural dan imajinasi atau khayalan anak.
- Komik dapat membantu anak untuk secara sesaat menghindari dari hal-hal yang kurang menyenangkan dalam hidup sehari-hari.
- Komik mudah dipahami walaupun anak belum bisa membaca tulisan.
- Komik tidak begitu mahal sehingga masih terjangkau oleh keadaan keuangan anak-anak kelompok sosial ekonomi menengah ke bawah.
- Komik lebih memacu anak belajar membaca karena isi ceritanya menyenangkan, penuh humor, misterius, menegangkan bila dibandingkan dengan buku cerita biasa.
- Anak terpacu untuk membaca komik yang umumnya diterbitkan berseri.
- Tokoh-tokoh dalam komik umumnya kuat, berani, tampil menarik, sehingga anak laki-laki atau perempuan ingin mengidentifikasi dirinya dengan tokoh cerita.
- Komik biasanya berwarna dan mudah dipahami anak.

Apakah komik mempunyai manfaat bagi anak?
Umumnya orang tua atau tokoh pendidik tidak setuju bila anak terpaku pada komik tapi ada Pula orang-orang yang tidak keberatan bila anak melihat komik.
Ada ketidaksesuaian pendapat di antara kedua kubu tersebut. Tapi yang jelas bila anak terlalu banyak melihat komik dan kurang diimbangi dengan membaca buku atau melakukan aktivitas bermain yang beraneka ragam, tentu kurang "sehat".

Alasan-alasan mengapa komik dianggap baik dilihat oleh anak-anak:
- Untuk anak-anak yang belum dapat membaca, melihat komik dapat memberi pengalaman membaca yang bisa dinikmati.
- Komik dapat mendorong anak untuk belajar membaca.
- Sasaran pendidikan tetap dapat dicapai pada anak yang sering melihat komik.
- Memperkenalkan anak pada perbendaharaan kata yang lebilt luas seperti halnya kalau anak membaca buku-buku lain.
- Komik dapat menjadi teknik yang baik untuk menyebarkan propaganda karena bisa menghindari munculnya dugaan-dugaan negatif.
- Memungkinkan anak menyalurkan emosinya.
- Anak dapat mengidentifikasikan diri dengan tokoh-tokoh komik yang mempunyai kualitas membanggakan.

Alasan-alasan mengapa komik dianggap kurang baik untuk di lihat oleh anak-anak:
- Komik dapat mengalihkan anak dari bahan bacaan yang lebih baik.
- Anak yang sulit membaca tidak punya usaha untuk membaca tulisan yang ada karena dari gambar-gambarnya raja, cerita sudah dapat dipahami.
- Tidak ada atau hanya sedikit kemajuan yang diperoleh dalam pengalaman membaca melalui komik.
- Cerita, seni gambar, dan bahasa dari komik-komik pada umumnya kurang bermutu.
- Paham cerita yang menyangkut sex, kekerasan, dan ketegangan seringkali terlalu berlebihan dan menakutkan anak.
- Komik bisa membuat anak terpaku sehingga tidak melakukan kegiatan bermain jenis lain.
- Komik dapat mendorong agresivitas dan perilaku menyimpang
atau melawan hukum karena menyajikan perilaku anti sosial.
- Komik membuat kehidupan sesungguhnya menjadi tidak menarik dan membosankan.
- Tokoh yang tampil klise (steriotip).

c. Menonton Film
Dengan adanya kemajuan teknologi, maka anak-anak dapat menikmati film tidak hanya di bioskop, tapi juga di rumah, baik melalui acara yang ditayangkan di Televisi maupun dengan memutar video tape atau compact disc.
Sebagai dampak dari kemajuan teknologi tersebut, anak mempunyai kesempatan lebih besar untuk menonton film tanpa pergi ke bioskop atau menunggu jadwal tayangan film di bioskop. Setiap saat bila anak mau, ia cukup menekan tombol televisi atau memutar Video/ compact disc. Anak dapat menghabiskan waktu berjam-jam di muka televisi. Menurut Murray (dalam Hurlock 1978), rata-rata anak prasekolah menghabiskan waktu di muka televisi selama setengah jam kerja orang tua dalam 1 minggu.

Mulai usia 3 sampai 6 tahun, terdapat peningkatan yang cukup tajam dalam hal jumlah waktu yang digunakan untuk menonton televisi. Televisi bisa dianggap sebagai pengganti "pengasuh anak" karena anak menjadi asyik sendiri tanpa perlu terlampau banyak diawasi oleh orang tua. Setidaknya ia tidak berlarian ke sana ke mari, melakukan hal-hal yang berbahaya atau mengganggu (merepotkan) orang tua. Menonton film atau acara yang ditayangkan televisi akan mempunyai dampak positif maupun negatif.

d. Mendengarkan radio
Kegiatan ini cukup digemari pada masa lalu, tetapi setelah ditemukan televisi, acara mendengarkan radio menjadi tidak begitu populer lagi. Mendengarkan radio kurang disukai oleh anak-anak kecil. Mereka lebih menyukai untuk menonton film atau acara televisi, tetapi untuk anak-anak yang lebih besar mulai remaja awal sampai tua, cukup menyukainya. Tentu saja acara siaran radio yang dipilih akan beraneka ragam, tergantung usia anak. Misalnya saja bayi, mereka suka untuk mendengarkan program lagu-lagu yang menenangkan dan tidak hingar bingar, juga senang mendengarkan pembicaraan/percakapan yang berlangsung, walaupun ia belum mengerti maknanya. Anak-anak usia pra sekolah akan menyukai program cerita anak-anak yang menyangkut binatang ataupun cerita-cerita tentang orang-orang yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang cukup dikenal anak, misalnya tukang sayur, pak tarsi dan sebagainya. Selain itu mereka menyukai musik instrumental maupun yang bersyair tetapi cukup sederhana kata-kata serta lagunya. Sekitar usia 6 tahun, minat terhadap program anak-anak akan berkurang. Mereka mulai menyukai kisah-kisah petualangan, cerita kriminal, komedi, misteri, dan musik populer.

Anak-anak yang lebih besar menyukai berita olah raga, berita aktuil tentang peristiwa sehari-hari, juga acara kuis tanya jawab. Mereka kurang menyukai acara terlalu serius misalnya mendengarkan musik klasik, pembahasan masalah ekonomi, pendidikan, agama, sejarah.

Mengingat minat terhadap program radio berbeda-beda untuk setiap tahapan usia, maka sebagai orang tua atau guru sebaiknya tidak memaksakan program yang belum saatnya untuk didengarkan oleh anak.

e. Mendengarkan Musik
Kegiatan ini dinikmati oleh bayi sebagai suatu hal yang dapat menghibur dan menyenangkan. Musik dapat didengar melalui siaran radio, TV, ataupun pita atau piringan rekaman lagu (cassete, compact disk). Pita atau piringan rekaman lagu lebih disukai karena dapat dipilih berdasarkan keinginan sesaat. Dengan meningkatnya usia, anak lebih gemar mendengarkan musik dan memuncak saat remaja. Kaum remaja menyukai kegiatan ini karena bermain aktif yang mereka lakukan sudah jauh berkurang.

Bayi serta anak-anak yang lebih kecil menyukai musik yang sederhana, ritme lagu yang lincah serta kata-kata yang mudah dipahami. Anak-anak yang sudah bersekolah seringkali merasa lebih mudah belajar atau mengerjakan tugas-tugas sekolah sambil mendengarkan musik. Mendengarkan musik akan membawa pengaruh positif pada anak dalam artian anak dapat menyenangkan diri sendiri. menenangkan perasaan-perasaan yang tidak nyaman, sebagai penyaluran emosi anak karena ia bisa ikut terhanyut dalam lagu yang didengarnya. Sekaligus anak dapat mendengarkan musik tertentu sehingga kegiatan ini secara tidak langsung dapat merangsang anak untuk bersosialisasi dan merasakan adanya kebersamaan serta penerimaan oleh teman.

Tentu saja musik akan memberi pengaruh yang kurang baik bila terlampau banyak waktu dihabiskan untuk mendengarkan musik sehingga melupakan tugas-tugasnya yang lain.

Untuk beberapa macam kegiatan seperti membaca, memainkan alat musik tertentu bisa dikategorikan sebagai bermain aktif karena kegiatan tersebut dilakukan oleh anak sendiri walaupun dari segi aktivitas tubuh, tidak terlalu banyak menuntut gerakan-gerakan fisik (secara fisik lebih pasif).

Bermain komputer atau video games yang akhir-akhir ini banyak digemari oleh anak-anak sampai dewasa, bisa digolongkan pada bermain aktif karena anak perlu melakukan usaha-usaha tertentu untuk memecahkan masalah yang tersaji di dalam games atau meraih nilai tertinggi. Dari segi fisik permainan ini juga tidak menuntut terlampau banyak gerakan tubuh, lebih banyak jari-jemari tangan saja.

Bermain komputer dan video games banyak menimbulkan silang pendapat karena sebagian orang menganggap banyak manfaat yang didapat sedangkan kelompok lain menganggap kegiatan itu lebih banyak sisi negatifnya.

Selain kegiatan bermain pasif-aktif; bermain sendirian atau berkelompok, maka kegiatan bermain juga dapat digolongkan pada kegiatan bermain di luar ruang (out door play) dan didalam ruang (in-door play), Out door play lebih banyak menuntut gerakan-gerakan tubuh dan lebih dekat dengan lingkungan alamiah, misalnya saja bermain jungkat jungkit, perosotan, ayunan. bermain kasti, layang-layang dan lain-lain. Indoor play selain dilakukan di dalam ruang tidak membutuhkan terlalu banyak gerakan-gerakan tubuh misalnya bermain ular tangga, bermain musik, membaca dan sebagainya.

Pustaka
Bermain, mainan dan permainan Oleh Mayke S. Tedjasaputra

Tidak ada komentar :

Posting Komentar