6/19/2013

Tanda-Tanda Anak yang Menderita Autis

Pengertian Autis
Dalam kamus kedokteran autis didefinisikan sebagai keadaan introversi mental dengan perhatian yang hanya tertuju pada ego sendiri. Anak yang mengalami gangguan ini akan terlihat lebih emosional, serta ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial.

Secara umum, anak yang mengalami gangguan ini akan mengalami efek pada sistem pencernaan, syaraf, dan kekebalan tubuh. Efek enzim dipeptil transferase yang berlebih dalam tubuhnya menyebabkan si anak autis tidak bisa mencerna casein (susu sapi) dan gluten (terigu). Jika tetap mengonsumsi makanan tersebut, dapat dipastikan kadar motfin di otak yang berasal dari zat-zat tersebut meningkat, lalu anak terkesan berperilaku seperti morfinis (ketagihan obat).

Autis merupakan kelainan syaraf yang unik, karena tidak ada tes medis yang dapat membedakan diagnosis autis. EEG, X Ray, pemeriksaan darah, dan lain-lain pada umumnya normal. Diagnosisnya hanya bisa dilakukan oleh seorang profesional yang sudah terbiasa.

Jika seorang bayi mengalami autis, ketika dipanggil namanya dia tidak merespons. Bayi juga terlihat kurang menjalin hubungan mata dengan orang lain. Ketika berumur satu tahun, ia belum bisa menunjuk. Lebih dari satu tahun perkembangan kemampuan bahasa agak terlambat.

Jika sudah bisa berbahasa, penggunaannya tidak secara produktif meskipun kosa kata bagus. Secara garis besar dia tidak memerhatikan keberadaan orang lain, mungkin juga membuat kontak dengan anak lain, tetapi tidak tahu bagaimana harus bertindak. Ketika mengikuti permainan, ia terlihat kasar, mengulangulang, dan tampak gelisah.

Autis dirasakan oleh seseorang hingga dia beranjak dewasa. Anak yang menderita autis akan merasa sebagai orang acing di lingkungannya sendiri. Kadang dia merasa dirugikan dalam kelompok orang dan dia juga sering tidak mengerti bahasa tubuh dan petunjuk nonverbal.

Peran orangtua sangat penting dalam mencegah progresivitas gangguan yang terjadi, balk gangguan komunikasi, learning disabilities, maupun autis. Untuk itu, orangtua perlu meningkatkan pengetahuan tentang kelainan-kelainan tersebut mengingat kejadiannya yang makin meningkat. Jika sudah diketahui terjadi, orang tua perlu bekerja sama dengan terapis dan berbagi pengalaman dengan membentuk parent support group. Dan yang paling penting adalah dengan tetap menjaga keseimbangan hidup dalam keluarga.

Secara garis besar, autis adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial, dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan autis infantil. Gejala autis infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya bisa melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun, dan yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya interaksi tatap mata.

Tanda-Tanda Anak yang Menderita Autis
Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak, digunakan standar internasional tentang autis. ICD-10 International Classification of Diseases 1993 dan DSM-IV Diagnostic and Statistical Manual 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk autis infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh Nte dunia. Kriteria tersebut adalah: harus ada sedikitnya 6 gejala dari gangguan (1), (2), dan (3) seperti di bawah ini, dengan minimal 2 gejala dari gangguan (1) dan masing-masing 1 gejala dari gangguan (2) dan (3).

(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.
Minimal harus ada 2 dari gejala di bawah ini:
- Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai seperti kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju.
- Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.
- Tidak ada empati dan tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini:
- Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara nonverbal.
- Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru.Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini:
- Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.
- Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
- Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.


Sebelum anak berumur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang interaksi sosial, bicara, dan berbahasa, dan cara bermain yang monoton, serta kurang variatif. Kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autis, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas.

Autis memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. Di Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan, dan kini dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, di mana penyandang autis ditangani secara lebih serius, persentase kesembuhan lebih besar.

Pustaka
Buku Pintar Kesehatan Anak Oleh Aulia Fadhli

Tidak ada komentar :

Posting Komentar