6/05/2013

Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD)

Setiap individu mengalami perilaku berulang dalam hidupnya, menyenandungkan lagu yang sama berulang kali selama berjam-jam atau mencuci tangan berulang-ulang ketika merawat anak yang sakit.

Seseorang bahkan mungkin dengan gugup memutuskan untuk mengepel lantai dapur yang bersih pada malam hari ketika ia belajar sebelum ujian. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh rasa nyaman dan aman yang membantu individu merasa memiliki kendali dan mengurangi rasa cemasnya. Akan tetapi, perilaku obsesif-kompulsif merupakan perilaku ritual berulang yang muncul akibat rasa takut yang tidak realistis dan mengganggu aktivitas kehidupan yang normal.

Obsesi adalah pikiran, ide, visualisasi, atau impuls berulang yang tidak tepat , mengganggu, dan menimbulkan ansietas serta mengganggu fungsi interpersonal, sosial, atau okupasional individu. Individu mengetahui pikiran-pikiran ini berlebihan atau tidak masuk akal, tetapi yakin bahwa dirinya tidak memiliki kendali terhadap pikiran tersebut.

Kompulsi adalah perilaku atau ritual yang secara kontinu dilakukan untuk menghilangkan pikiran obsesif dan mengurangi ansietas. Beberapa kompulsi yang umum meliputi:
- Ritual memeriksa (berulang kali kembali memastikan pintu terkunci atau teko kopi sudah dimatikan)
- Ritual menghitung (setiap langkah yang diambil, jumlah plafon, balok beton, meja tulis di ruing kelas)
- Mencuci tangan berulang-uang sampai kulit terkelupas
- Mengulangi kata atau lagu yang sama (perseverasi)
- Ritual menyentuh (merasakan tekstur setiap bahan di toko pakaian; menyentuh orang, pintu, dinding, atau diri sendiri)
- Ritual simetri (menyusun dan menyusun Mang barang-barang di meja, rak, atau perabot dengan rapi; inembersihkan turnpukan karpet dalam satu arah)
- Ritual penampilan yang kaku (berpakaian dengan model yang tidak bervariasi)
- Kebersihan (mengepel lantai dapur setiap hari)
- Keluhan somatik (berulang kali memberitahukan bahwa ia menderita penyakit tertentu; bersikeras pada dokter bahwa nyeri ringan yang dialaminya adalah kanker)
- Ritual seksual (pikiran atau imajinasi seksual intrusif yang disertai kebutuhan untuk mengakuinya)
- Impuls agresif (misalnya, melempar seorang anak ke dinding)

Perilaku obsesif-kompulsif dianggap sebagai gangguan hanya jika individu dirusak oleh pikiran, imajinasi, dan impuls ini dan terdorong untuk melakukan perilaku mengurangi kecemasan sampai pada bias perilaku tersebut mengganggu fungsi personal, sosial, dan okupasional. Contoh perilaku obsesif-kompulsif yaitu seorang pria yang tidak lagi dapat bekerja karena ia meluangkan sebagian besar waktunya menyusun dan menyusun kembali semua barang di dalam apartemennya, atau wanita yang merasa terdorong untuk mencuci tangannya setelah menyentuh suatu objek atau orang.

OCD (obsessive-compulsive disorder) dapat terlihat dalam berbagai macam perilaku, yang semuanya dilakukan berulang-ulang, tidak bermakna, dan sulit diatasi. Individu memahami bahwa ritual ini tidak lazim dan tidak masuk akal, tetapi merasa dipaksa melakukannya untuk menghilangkan ansietas. Walaupun individu yang mengalami OCD bahkan membuat lelucon tentang perilaku tersebut, sebenarnya hal itu adalah sumber distres dan rasa malu; penderita sering kali menarik diri dan asosial untuk menyembunyikan perilaku tersebut.

Awitan dan Proses Klinis
OCD dapat muncul pada masa kanak-kanak, terutama pada pria. Pada wanita, OCD lebih sering muncul pada usia 20 tahunan. Secara keseluruhan, distribusinya sama pada kedua gender. Pada kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi dan lebih berpendidikan, insiden OCD lebih tinggi (Kaplan & Sadock, 1995). Awitan OCD biasanya muncul bertahap walaupun ada juga awitan akut disertai periode gejala menguat dan melemah pada gangguan kronis ini (Barlow, 1993).

Etiologi
BIOLOGI
Banyak korban trauma kepala atau infeksi yang mengenai sistem saraf pusat kemudian mengalami OCD. Pemindai tomografi emisi positron yang mengkaji metabolisme glukosa pada nukleus kaudatus dan girus orbital pada ganglia basal otak memperlihatkan perbedaan pada individu yang mengalami OCD dan yang tidak. Struktur ini memengaruhi perintah otak terhadap gerakan, perilaku yang dipelajari, serta pola menghadapi stimulus yang berulang; sering kali setelah kerusakan pada struktur ini, gejala OCD (obsessive-compulsive disorder) berkembang atau berkurang (Corner, 1992). Pemindaian emisi positron juga digunakan untuk menunjukkan peningkatan kecepatan metabolisms pada korteks prefrontal (Baxter et al., 1907). Serotonin neurotransmiter dapat berperan dalam OCD karena antidepresan yang secara spesifik memengaruhi serotonin, seperti klomipramin dan fluvoksamin, mengurangi gejala gangguan ini.

Pada individu kembar terutama kembar identik, insiden OCD lebih tinggi daripada populasi umum. OCD juga diwariskan kepada keluarga yang kerabat tingkat pertamanya mengalami OCD, sindrorn Tourette, atau trikotilomania (menarik-narik rambut sampai pubis).

PSIKODINAMIK
Individu yang mengalami OCD diduga menggunakan empat tipe mekanisme pertahanan: regresi, isolasi, formasi reaksi, dan undoing. Individu penderita OCD diyakini mengalami regresi dan menjadi terfiksasi pada tahap anal menurut Freud. Mereka yang mengalami tipe kompulsi rapi dan teratur dikatakan berada pada tahap anal-retentif; tipe berantakan atau agresif dikatakan berada pada tahap anal-eksplosif. Misalnya, klien yang tidak ingin merawat orang tuanya yang sakit, tetapi menyadari bahwa hal tersebut tidak dapat diterima secara sosial, mengalami regresi ke tingkat perkembangan sebelumnya (analretentif) dan melakukan ritual yang memberi rasa nyaman, misalnya mencuci atau mengupayakan segala sesuatu menjadi teratur; mengisolasi peristiwa tersebut dari emosi dan tidak nyaman dengan emosi (ansietas); menggunakan formasi reaksi untuk menyingkirkan pikiran tidak mau merawat orang tuanya; dan menjadi seorang "anak-super," merawat orang tuanya dengan baik dan menjaga kebersihan lingkungan sehingga menggagalkan (undoing) impuls awal yang tidak dapat diterima untuk mengabaikan kebutuhan orang tuanya.

Persamaan menarik yang mengaitkan OCD dengan regresi ialah observasi bahwa jika ritual OCD individu terganggu, ia harus memulai lagi dari awal. Hal ini serupa dengan orang tua yang ingin mendapatkan pokok cerita kemudian memotong cerita anaknya yang berusia empat tahun hanya untuk menemukan bahwa anak tersebut harus memulai kembali cerita tersebut dari awal. Pada akhirnya, cerita tersebut memakan waktu dua kali lebih lama.

Terapi dan Prognosis
Seperti gangguan ansietas yang lain, terapi yang optimal untuk OCD adalah kombinasi obat-obatan psikotropik dan psikoterapi.

PSIKOFARMAKOLOGI
SSRI.
SSRI adalah ohat-obatan terkini yang disetujui untuk mengobati OCD. Fluvoksamin (Luvox), parokset in (Paxil), sertralin (Zoloft), dan fluoksetin (Prozac) disetujui untuk mengobati OCD. Sekitar 70% penderita OCD mengalami beberapa respons terhadap SSRI; 10% sampai 15% mengalami remisi sempurna. SSRI tidak adiktif. SSRI tidak dapat diberikan bersamaan dengan MAOI karena dapat menyebabkan krisis hipertensi. Pemberian MAOI harus dihentikan tiga sampai lima minggu sebelum memulai pemberian SSRI untuk menghindari krisis hipertensi. Keberhasilan terapi OCD dengan menggunakan SSRI memperlihatkan bahwa serotonin berperan dalam proses penyakit ini.

Antidepresan.
Obat pertama yang ditemukan untuk mengurangi perilaku OCD berulang dan tidak dapat dikendalikan ialah klomipramin ATS (Anafranil). Obat ini diyakini menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin di sinaps. ATS kemungkinan efektif dalam mengobati OCD karena menyekat reuptake norepinefrin dan serotonin. Obat-obatan ini tidak adiktif dan terapi jangka panjang direkomendasikan. Pemberian MAOI harus dihentikan tiga sampai lima minggu sebelum memulai pemberian ATS untuk menghindari krisis hipertensi. Ada periode keterlambatan satu sampai tiga minggu sebelum gejala mulai berkurang.

Ansiolitik.
Buspiron ansiolitik (BuSpar) dan klonazepam (Klonopin) adalah satu-satunya obat yang efektif dalam mengatasi OCD.

APLIKASI PROSES KEPERAWATAN: GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Pengkajian
OCD biasanya diobati di komunitas. Perawat harus meluangkan waktu yang adekuat, mungkin dengan beberapa kali kunjungan, untuk mengidentifikasi rentang perilaku OCD. Untuk pengkajian yang akurat, perawat pertu memperoleh informasi yang spesifik tentang perilaku OCD untuk menetapkan suatu pola perilaku, termasuk perilaku atau ritual yang dilakukan, kapan dan berapa kali dilakukan, dan respons klien terhadap perilaku mengurangi kecemasan ini.

Pengkajian keperawatan harus mencakup hal-hal berikut:
- Deskripsi perilaku
- Kapan perilaku paling sering terjadi
- Peristiwa atau perilaku spesifik individu lain yang meningkatkan dan mengurangi prilaku
- Berapa kali dalam sehari kompulsi terlihat
- Jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan setiap pengulangan ritual. Informasi ini dapat digunakan untuk mengkaji berapa lama waktu yang diluangkan dari aktivitas hidup sehari-hari dan nantinya akan membantu untuk menetapkan batasan waktu pelaksanaan ritual.
- Jumlah pengulangan pada setiap set perilaku. Hal ini memberi jumlah dasar yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kapan perubahan terjadi.
- Bagaimana klien berespons ketika melakukan perilaku mengurangi kecemasan ini. Hal ini mendokumentasikan respons fisiologis dan reaksi emosional yang memberi data dasar untuk perbandingan.
- Tindakan klien ketika sesuatu atau seseorang mengganggu pelaksanaan ritual. Hal ini membantu menentukan tingkat rigiditas kebutuhan untuk melaksanakan ritual tersebut.

Analisis Data
Klien mengalami berbagai gejala bergantung pada obsesi tertentu dan kompulsi yang menyertainya. Diagnosis keperawatan bervariasi seperti berikut ini:
- Ansietas
- Konflik Pengambilan Keputusan
- Keletihan
- Kesepian, Risiko
- Persepsi Konstipasi
- Harga Diri, Rendah Situasional
- Integritas Kulit, Risiko Kerusakan

Identifikasi Hasil
Seperti diagnosis keperawatan, hasil dapat bervariasi sama halnya dengan perilaku klien. Hasil yang umum ialah klien akan mengurangi waktu dan frekuensi perilaku ritual. Contoh hasil yang khusus adalah:
1. Klien akan merasakan penurunan kompulsi sampai hilang secara konstan.
2. Klien akan mengurangi perilaku mencuci tangan dan meningkatkan integrilas kulit tangan.
3. Klien akan mengendarai kendaraan bermotor di atas jembatan.
4. Klien akan memperlihatkan penurunan rasa tajut terhadap hewan, orang, atau situasi yang sebelumnya menyebabkan perilaku kompulsif.

Intervensi
Meningkatkan Kendali dan Harga Diri
Perawat harus mengembangkan hubungan terapeutik dengan klien, dengan menawarkan dukungan dan bantuan, serta percaya bahwa klien dapat berubah. Dorongan dan dukungan dari perawat dapat meningkatkan harga diri klien, membantunya mengatasi rasa malu dan ragu, serta mendorong percaya diri.

Pada tahap awal terapi, waktu yang adekuat (beberapa hari sampai satu minggu) diberikan kepada klien supaya ia melakukan ritualnya. Setelah pengkajian yang menyeluruh selesai, perawat secara bertahap dapat mengurangi waktu klien untuk melaksanakan perilaku mengurangi kecemasan. Melarang klien melakukan perilaku mengurangi kecemasan menyebabkan kepanikan dan meningkatkan perasaan gagal pada klien. Perawat harus menggunakan hubungan terapeutik untuk mendiskusikan fungsi ritual dalam kehidupan klien, berhati-hati untuk tidak menyalahkan atau menghina klien ataupun ritual yang dilakukannya.

Proses mengurangi waktu yang diluangkan untuk melakukan ritual tersebut harus bertahap sehingga klien merasakan kendali. Misalnya, jika klien memerlukan waktu 20 menit untuk mencuci kursi dan meja sebelum makan, perawat harus melibatkan klien dalam beberapa aktivitas lain sehingga ia hanya memiliki waktu 19 menit untuk menyelesaikan ritual. Setelah beberapa hari melakukan hal ini, ketika klien tampak nyaman dengan batas waktu ini, waktu yang diberikan dikurangi menjadi 18 menit. Klien mempertahankan kendali untuk melakukan ritual dengan mempercepat atau menghilangkan satu atau lebih pengulangan ritual untuk disesuaikan dengan batas waktu yang diberikan. Perasaan kendali ini mengurangi ketidakberdayaan dan ansietas klien, yang akan meningkat jika perilaku mengurangi kecemasan dilarang.

Untuk mendukung rasa kendali klien di lingkungan rawat inap, perawat dapat memberi jadwal aktivitas sehari-hari, yang berisi rincian semua peristiwa, makan, sesi terapi, periode istirahat, dan jam kunjungan setiap hari. Di lingkungan komunitas, perawat dan klien dapat membuat jadwal yang sama. Individu yang berfokus pada aktivitas terjadwal memiliki lebih sedikit waktu untuk melakukan ritual, dan aktivitas nonritual dikuatkan dengan memberi umpan balik positif. Pada akhirnya ritual tersebut akan berkurang dan hilang karena individu lebih dapat diterima dan harga dirinya lebih tinggi dengan melakukan perilaku nonritual.

Evaluasi
I. Klien berpartisipasi dalam aktivitas rutin sehari-hari.
2. Klien mengurangi waktu yang diluangkan untuk melakukan perilaku ritual.
3. Klien menggunakan teknik perilaku imajinasi, relaksasi progresif, menghentikan pikiran, dan meditasi untuk mengurangi ansietas.
4. Klien meminum obat-obatan yang diprogramkan dengan aman.
5. Klien mengatakan keinginannya untuk tetap meneruskan terapi.
6. Klien melakukan kembali aktivitas sosial, keluarga, dan pekerjaan.
7. Keluarga memperlihatkan penurunan partisipasi dalam secondary gain klien yang terkait dengan perilaku OCD dan meningkatkan perhatian selama aktivitas non-OCD.

Pustaka
Keperawatan Jiwa

Tidak ada komentar :

Posting Komentar