5/27/2014

Selamat Idulfitri atau Selamat Hari Raya Idulfitri

.

Perjuangan yang sifatnya jasmani dan rohani itu harus dilakukan dengan iman dan ikhlas. Keimanan dan keikhlasan itu merupakan syarat mutlak akan keberhasilan ibadah itu. Oleh karena itu, mereka pantas merayakannya pada 1 Syawal 1433 H dalam Idulfitri. Menjelang Idulfitri itu, umat Islam pun biasanya menyampaikan ucapan selamat. Ucapan itu disampaikan, baik secara lisan maupun secara tulis dalam bentuk kartu Lebaran. Bahkan, ucapan itu disampaikan juga oleh saudara kita yang tidak seiman.

Saling berkirim kartu Lebaran merupakan kelaziman yang mempunyai nilai positif. Melalui kartu Lebaran, orang akan saling mengucapkan selamat dan mohon maaf lahir dan batin. Dengan pengucapan selamat, diharapkan orang yang berpuasa dapat merayakan kemenangan pada Idulfitri. Permohonan maaf akan meleburkan dosa sesama manusia sehingga mereka akan kembali ke fitrahnya. Jadilah mereka sebagai manusia yang suci seperti bayi yang baru dilahirkan.

Pengungkapan dan penulisan ucapan selamat hari raya itu bermacam-macam. Misalnya, ada yang menulis Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1433 H, Mohon Maaf Lahir Bathin. Ada lagi Selamat Idulfitri 1 Syawal 1433H, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Bahkan, ada pula Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir Bathin, Minal Aidin Wal Faizin. Idulfitri diserap dari id al-fitr, yang berarti 'hari raya kesucian atau fitrah'. Ada pula yang mengartikan 'kembali ke fitrah'. Dalam bahasa Arab, id berarti 'hari raya'. Asal-usulnya memang dari kata 'ada ('kembali'). Namun, id lazim untuk menyatakan hari raya.

Apabila Idul fitri berarti 'Hari Raya Fitrah' (kata sifatnya fitri), penambahan Hari Raya di depan Idul fitri termasuk mubazir. Selain itu, penulisannya digabung karena Idul termasuk unsur terikat yang harus diikuti oleh kata lain, seperti diikuti kata fitri dan adha pada Idul fitri dan Idul adha. Kata tidak dapat berdiri sendiri. Lain halnya dengan id pada salat id atau merayakan id yang merupakan kata mandiri. Penulisan id dalam hal ini terpisah.

Di samping itu, fitri ditulis dengan huruf /t/, bukan / th/ karena dalam penyerapannya /th/ menjadi /t/. Begitu pula bathin dalam Maaf Lahir dan Bathin atau Lahir Bathin diserap menjadi batin. Bagaimana dengan penggunaan ungkapan Minal Aidin wal Faizin. Ungkapan itu sering juga disertakan sebagai doa kepada orang yang merayakan Idulfitri. Pemberi ucapan mengharapkan agar orang yang merayakannya kembali ke fitrah semula, yakni suci dari dosa. Selain itu, dia juga berdoa semoga yang diberi ucapan menjadi orang yang sukses.

Bahkan, ada pula yang menyertakan ungkapan itu dengan Taqabbalallhu minna wa minkum taqabbalya karim (Semoga Allah menerima puasa kami dan Anda, terimalah ya Allah Yang Maha mulia') Ungkapan itu merupakan harapan semua orang yang memperoleh kemenangan agar puasa yang dilakukan selama Ramadan tidak sia-sia, tetapi diterima oleh Allah swt.

Masih ada ungkapan lain yang digunakan setelah Minal Aizin wal Fa izin, yakni Wa kullu 'amin antum bi khair (Semoga setiap tahun Anda dalam keadaan baik). Ungkapan itu pun merupakan doa agar orang yang diberi ucapan senantiasa menjadi orang yang sehat lahir dan batin. Istilah mana yang akan kita gunakan? Hal itu terpulang kepada kita. Yang penting semangat, penulisan, dan pilihan katanya harus tepat clan benar. "Selamat Idulfitri 1 Syawal 1433H, Mohon Maaf Lahir dan Batin".

Pustaka
Media Indonesia

Tidak ada komentar :

Posting Komentar