6/19/2013

Cara menanam karet unggul

Lingkungan Yang Diinginkan Tanaman Karet
Agar tanaman karet unggul dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang optimal, maka harus diperhatikan syarat-syarat lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang cocok akan menunjang pertumbuhan di samping perawatan. Apabila tanaman karet unggul ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitat yang diinginkannya, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.

Tanaman mungkin tumbuh kerdil, daunnya sedikit, percabangannya banyak, serta pertumbuhan yang kurang umum lainnya. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi ]rendah walaupun langkah perawatan seperti pemupukan dan lainlainnya dilakukan sesuai kebutuhan.

Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brasil yang beriklim tropis, maka karet unggul juga cocok ditanam di daerah-daerah tropis lainnya. Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 15° Lintang Utara sampai 10° Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembapan yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-30° C. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20° C maka tanaman karet tidak cocok ditanam di daerah tersebut. Walaupun demikian, di daerah yang suhunya terlalu tinggi, tanaman karet juga malas hidup.

Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1-600 m dari permukaan laut. Bisa dikatakan Indonesia tidak mengalami kesulitan mengenai areal yang dapat dibuka untuk ditanami karet. Hampir di seluruh daerah di Indonesia karet dapat tumbuh subur.

Curah hujan yang cukup tinggi antara 2.000-2.500 mm setahun disukai tanaman karet. Akan lebih baik lagi apabila curah hujan itu merata sepanjang tahun. Sinar matahari yang cukup melimpah di negara-negara tropis merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling tidak selama 5-7 jam.

Faktor-faktor produksi alami seperti letak daerah terhadap lintang, besarnya curah hujan, suhu harian rata-rata, ketinggian tempat dari permukaan laut, dan intensitas sinar matahari adalah hal yang amat dibutuhkan tanaman karet dan sulit untuk ditawar. Bila terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap faktor ini, maka akan mengakibatkan turunnya produktivitas.

Hasil karet yang maksimal akan didapat pada tanah-tanah yang subur. Sebenarnya tanaman ini tidak terlalu menuntut kesuburan tanah yang tinggi, bisa raja ditanam di lahan yang kurang subur.

Dibanding tanaman perkebunan lainnya (kopi, cokelat, teh, dan tembakau), tanaman karet adalah yang paling toleran terhadap tanah yang kesuburannya rendah. Untuk membantu pertumbuhannya dapat dengan penambahan pupuk.Tanah-tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang terhampar luas di Indonesia dan Malaysia dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang memuaskan. Selain jenis podsolik merah kuning, tanah latosol dan aluvial juga bisa dikembangkan untuk penanaman karet.

Padas pada lapisan olah tanah tidak disukai tanaman karet karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan akar. Lapisan padas dapat mengganggu proses pengambilan hara dari dalam tanah oleh akar.

Padas boleh terdapat pada lapisan tanah asalkan terletak pada kedalaman 2-3 meter. Karet menyukai tanah yang mudah ditembus air. Akan tetapi, tanah dengan pasir kuarsa yang tinggi juga menghambat pertumbuhan tanaman.

Tanah yang derajat keasamannya mendekati normal cocok untuk ditanami karet. Derajat keasaman yang paling cocok adalah 5-6. Batas toleransi pH tanah bagi tanaman karet adalah 4-8.Tanah yang agak asam masih lebih baik daripada tanah yang basa.

Topografi tanah sedikit banyak juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Akan lebih baik apabila tanah yang dijadikan perkebunan karet datar dan tidak berbukit-bukit. Tanah yang datar selain memudahkan pemeliharaan juga memudahkan penyadapan dan pengangkutan lateks.

Sementara itu, kemiringan atau turun naiknya lahan akan menyulitkan. Sebaiknya tanah tersebut dekat dengan cumber air, misalnya sungai atau aliran-aliran air.

Pemupukan
Kekurangan unsur hara pada tanaman karet pada hakekatnya berhubungan erat dengan kebutuhan unsur untuk pertumbuhan dan penyadapan.Tanda-tanda kekurangan unsur hara bisa diperhatikan dari penampakan tanaman.

Untuk menghemat biaya, maka jumlah pohon sangat diperlukan untuk penentuan banyaknya pupuk yang digunakan. Pohon-pohon yang baik untuk disadap saja yang dipupuk dan dosis pemupukannya dihitung perpohon. Pada karet, pupuk yang biaya dipakai adalah pupuk tunggal, sedangkan pupuk majemuk jarang digunakan. Metode pemupukan yang bisa diterapkan misalnya sebagai berikut:
- Pupuk ditaburkan di sekeliling pohon dengan jarak 1-1,5 m dengan terlebih dahulu dibuatkan saluran.
- Pupuk ditaburkan dengan sistem tapal kuda. Cara ini sama dengan cara di atas, namun hanya setengah lingkaran.
- Pupuk ditaburkan di larikan antara pohon karet, yaitu 1,5 m dari pohon. Sebelumnya tanah harus digali agar pupuk bisa dibenamkan dalam tanah.
- Pupuk ditaburkan di antara larikan dan barisan.Tanah di antara barisan harus benar-benar bebas dari gulma.

Waktu pemupukan tidak bisa dipastikan karena masing-masing daerah di Indonesia berlainan sifat dan keadaan iklimnya. Sedangkan pengadaan pupuk harus disiapkan agar jangan sampai disimpan untuk pemupukan berikutnya, apalagi nitrogen yang cepat mundur kadarnya. Karena itu, pupuk hanya bisa dipakai untuk sekali saja.

Pemberian pupuk dilakukan dua kali setiap tahun dengan dosis berdasarkan jenis tanah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat berikut ini:

DOSIS PEMUPUKAN TANAMAN YANG SUDAH MENGHASILKAN UNTUK JENIS TANAH LATOSOL DAN PODSOLIK MERAH KUNING
JenisTanah → Jenis Pupuk (g/pohon/ap ikasi)
UreaSP36KCl
- Latosol: 280,86 → 219,24 → 180
- Podsolik merah kuning: 280,86 → 532,89 → 156

Sumber :Balai Penelitian Perkebunan Sembawa (diolah)

PEREMAJAAN
Peremajaan tanaman karet dilakukan pada kebun-kebun karet yang pohonnya sudah tidak berproduksi dengan baik. Karet yang sudah tua ditebang dan
akarnya dibongkar. Kayu karetnya bisa digunakan sebagai kayu bakar dalam proses pembuatan karet olahan seperti dalam pengasapan.
Perlakuan peremajaan dilakukan seperti pada saat penanaman baru. Hanya raja, pada penanaman bibit perlu dilakukan pemupukan karena tanah bekas kebun karet sangat kurang unsur haranya. Tanaman penutup tanah hendaknya diganti dengan yang baru untuk menghindari serangan bakteri dan jamur.

Kriteria Teknik Penyadapan Karet
Kriteria utama layak sadap pada suatu areal pertanaman karet adalah lilit batang pohon. Lilit batang dinilai sudah dapat memberi petunjuk tentang ketebalan kulit dan kemampuan fisiologinya untuk menghasilkan lateks .dalam jangka waktu yang lama (20 — 25 tahun). Ditinjau dari umur tanaman, biasanya lilit batang yang siap sadap berukuran 45 cm yang dicapai pada umur 5 — 7 tahun.

Pertumbuhan tanaman karet juga dipengaruhi oleh tindakan budidaya lainnya seperti pemupukan, pengelolaan tajuk, dan karakteristik klon yang ditanam. Untuk mengetahui lilit batang pada suatu areal pertanaman karet, biasanya pengukuran dilakukan terhadap beberapa pohon contoh saja. Untuk pertanaman seluas 16 ha diukur 100 pohon contoh (pada 10 barisan, 10 pohon pada tiap bans). Untuk areal pertanaman seluas 17 — 32 ha diukur 120 pohon (pada 12 barisan, 10 pohon tiap baris), areal seluas 33 — 64 ha cukup diukur 150 pohon (pada 15 barisan, 10 pohon tiap baris). Sedangkan areal seluas lebih dari 65 ha diukur 200 pohon contoh (pada 20 barisan, 10 pohon tiap baris).

Kriteria layak sadap tersebut telah memiliki lilit batang 45 cm diukur pada ketinggian 130 cm dari pertautan okulasi di dekat permukaan tanah. Hal ini perlu diperhatikan sebab tanaman karet pada umumnya berbahan tanam okulasi. Sedangkan tanaman karet berbahan tanam biji pengukuran dilakukan dari permukaan tanah.

Bila 60% dari tanaman yang ada telah menumbuhkan lilit batang 45 cm, penyadapan sudah dapat dilakukan pada areal tersebut. Tanaman yang sudah mencapai kriteria agronomi tersebut pada umumnya sudah memiliki kulit dengan ketebalan 7 mm. Penyadapan yang direncanakan tentu saja dimulai dari areal di mana tanaman dominan memiliki lilit batang 45 cm. Dikaitkan dengan kebijaksanaan sistem sadap, pada tanaman yang telah memiliki lilit batang 45 cm sudah dapat dilakukan penyadapan dengan seksama. Dengan kata lain, aspek manajemen turut mempengaruhi pelaksanaan penyadapan.

Tanaman yang mengalami stagnasi pertumbuhan di tengah barisan pohon yang di sadap sebaiknya juga disadap. Tanaman demikian biasanya mengalami stagnasi pertumbuhan karena berbagai faktor. Dan tanaman demikian biasanya tidak pernah mencapai pertumbuhan lilit batang yang layak sadap.

Dianjurkan untuk tidak melakukan penyadapan awal pada musim kemarau karena hanya menghasilkan produksi yang rendah mutunya. Pada beberapa kebun awal tahun 1970-an pernah direkomendasikan penyadapan dengan cara tusuk. Dengan menggunakan teknik tusuk ini, tanaman karet yang berumur 3 — 3,5 tahun sudah dapat menghasilkan lateks. Kriteria lilit batang dengan menerapkan teknik tusuk hanya 30 cm saja. Tetapi teknik ini tidak dianjurkan lagi mengingat keterampilan penyadap belum memadai sehingga meninggalkan bekas tusukan yang merugikan, yakni membengkaknya kambium. Penyadapan dengan cara iris pun menjadi terkendala.

Lilit batang menurut umur tanaman
Umur tanaman (tahun) → Lilit batang*) (cm)
1,5 → 14
2 → 20
3 → 32
4 → 44
5 → 48

*) Diukur pada ketinggian 130 cm dari pertautan okulasi.


Dimulainya penyadapan awal memberi tugas khusus bagi mandor sadap untuk mengawasi mutu sadapan. Mandor sadap harus mengawasi apakah kulit yang diiris sangat tebal sehingga dinilai boron, atau terialu tipis sehingga produksi rendah. Mandor juga harus mengawasi apakah penyadapan sangat dalam sehingga melukai kambium, atau sangat dangkal. Mandor diharuskan memeriksa mutu bidang sadap secara keseluruhan seperti parit pengaliran lateks, terlampauinya batas bidang sadap, posisi talang pengaliran lateks, bahkan juga memeriksa pisau sadap dan menganjurkan untuk mengasahnya saat
beristirahat.

Pengumpulan lateks di kebun
Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, pengumpulan lateks hasil penyadapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Hal ini pertama-tama berlaku untuk alat-alat yang dalam pekerjaan pengumpulan lateks bersentuhan dengannya. Selain dari kemungkinan terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran-kotoran yang kelak sukar dihilangkan, kotoran-kotoran tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya prakoagulasi dan terbentuknya lump sebelum lateks sampai di pabrik untuk diolah.

Untuk menghindarkan terjadinya prakoagulasi tersebut, usaha menghindarkan masuknya kotoran ke dalam lateks tidak hanya dilakukan pada saat penyadapan, tetapi juga dalam persiapan sebelum penyadapan dimulai. Usaha-usaha membersihkan bidang sadap, talang atau spout, saluran sadap, mangkok dan ember-ember pengumpul sebelum dan pada saat menyadap merupakan pekerjaan yang perlu diperhatikan benar-benar.

Pengumpulan lateks dilaksanakan 3 — 4 jam setelah penyadapan dilakukan. Tetapi pada pohon-pohon yang aliran lateksnya lambat berhenti (late drops) dapat dilakukan pengumpulan kedua.

Lateks dari mangkok dituangkan ke dalam ember pemupul (kencleng). Untuk membersihkan lateks dalam mangkok harus menggunakan spatel jangan sekali-kali menggunakim kain, rumput-rumputan atau daun-daun kering. Bila lateks dalam ember pemupul sudah terkumpul banyak, lateks dipindahkan ke dalam ember pengumpul (oblong) yang ukurannya lebih besar. Waktu menuangkan lateks dari ember pemupul ke dalam ember pengumpul harus ditumpahkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya prakoagulasi.

Setelah selesai pengumpulan lateks, ember-ember pengumpul janganlah ditaruh di tempat yang panas atau kena sinar matahari langsung, karena kenaikan suhu di dalam cairan lateks dapat mengakibatkan pemuaian butir-butir karet sehingga akan terjadi prakoagulasi.

Pada waktu penimbangan atau pengukuran basil sadapan, para penyadap, mandor atau asisten penerima lateks harus berusaha membuting kotoran-kotoran atau lump yang kemungkinan ada dalam ember pengumpul.

Dalam keadaan tertentu, pada saat pengumpulan lateks biasa juga menggunakan obat anti koagulasi (antikoagulan) untuk mencegah terjadinya prakoagulasi. Akan tetapi pemakaian anti koagulan ini harus dibatasi sampai batas yang sekecil-kecilnya, karena biayanya cukup besar dan kadang-kadang lateks yang dibubuhi antikoagulan memerlukan larutan obat koagulan (misalnya asam semut) yang terpaksa kadarnya harus dinaikkan. Penambahan asam yang berlebihan dalam proses koagulasi juga dapat menghambat proses pengeringan.

Bahan kimia yang digunakan sebagai antikoagulan adalah larutan soda (Na2CO3), amoniak (NH,) dan Natrium-sulfit (Na2S03). Kebbutuhan antikoagulan untuk tiap liter lateks kebun adalah sebanyak 5 — 10 cc larutan soda 10% atau 5 — 10 cc larutan amoniak 2 — 2,5% atau 5 — 10 cc larutan Natrium-sulfit 10%.

Pengumpulan gumpalan karet mutu rendah
Selain hasil yang berupa lateks, dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut dapat berupa:
1) Skrep (scrap)
Skrep adalah bekuan lateks pada irisan/alur sadapan. Skrep herbentuk pita partjang yang dapat diambil dari alur sadap sesaat sebelum penyadapan dilakukan. Skrep ini digunakan sebagai bahan baku
pembuatan brown crepe.

2) Lump tanah
Lump tanah atau karet tanah adalah lateks yang membeku pada tanah di sekitar pangkal batang di bawah irisan sadapan. Lump tanah diperoleh terutama pada penyadapan yang mangkoknya tiap hari diangkat dari batang. Pengumpulan lump tanah dilakukan dua kali dalam seminggu, dan lebih baik bila dilaksanakan pada tiap kali menyadap untuk menjaga jangan sampai diperoleh hasil karet yang berasal dari bahan haku lump yang imitunya sangat rendah.

3) Lump mangkok
Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok. Lump mangkok diperoleh pada penyadapan yang mangkoknya dibiarkan tetap berada pada pohon (tidak di angkat). Pengumpulan lump mangkok dilakukan
setelah selesai menyadap hari itu juga, sambil menunggu saat pengumpulan lateks. Lump mangkok yang diperoleh dengan cara ini adalah lump yang bersih yang bila diolah menjadi krep dapat menjadi krep mutu I, atau bila diolah menjadi karet remah dapat menjadi SIR 10.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks
Lateks sebagai bahan haku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada bebcrapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, di antaranya adalah:
1) faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).
2) iklim (musim hujan rnendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil).
3) alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).
4) pengangkutan (goncangan. keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
5) kualitas air dalam pengolahan.
6) bahan-bahan kimia yang digunakan.
7) komposisi lateks

Pustaka
- Teknik Penyadapan Karet Oleh Tumpal HS. Siregar
- Panduan Lengkap Karet Oleh Tim Penulis PS
- KARET, Budidaya dan Pengolahan Oleh Djoehana Setyamidjaja, M.Ed

Tidak ada komentar :

Posting Komentar