4/11/2013

Olahraga dan Kepribadian Dalam Jurnal Psikologi Kepribadian

Terdapat banyak pendapat mengenai hubungan antara olahraga dan kepribadian seorang atlet. Atlet dianggap sebagai individu yang kompetitif dan agresif sesuai dengan hakikat olahraga itu sendiri. Akan tetapi, hal ini belum tentu sesuai dengan tingkah laku atlet tersebut pada interaksinya sehari-hari. Oleh karena itu, pengaruh olahraga terhadap ciri kepribadian seorang atlet masih diperdebatkan.

Sekalipun demikian, jelas bahwa melakukan olahraga secara teratur dapat berpengaruh khusus terhadap kepribadian seseorang. Berolahraga secara teratur dapat mengakibatkan efek-efek psikologis tertentu seperti perasaan nyaman dan segar (wellness). Hal ini secara tidak langsung tentu berpengaruh terhadap tingkah lakunya sehari-hari, termasuk caranya berinteraksi dan menampilkan diri dalam kehidupan keluarga ataupun masyarakat.

Sebagai contoh, penderita diabetes dan pasien dengan gangguan fungsi jantung sering kali diberikan nasihat oleh dokter atau ahli medis untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik (physical exercise) secara teratur. Kegiatan fisik ini dapat berupa jalan pagi atau jogging secara teratur, atau latihan-latihan fisik dengan peralatan stasioner yang dapat dilakukan di rumah. Latihan fisik semacam ini tidak terbatas bagi para penderita penyakit tertentu saja, namun juga bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kebugarannya.

Kepribadian banyak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan fisik secara teratur, sesuai dengan bidang olahraga yang diminati atau ditekuni, seperti golf, sepakbola, dan bulutangkis. Olahraga akan mempengaruhi aspek kepribadian seseorang. Misalnya, dengan berolahraga, seseorang akan mengembangkan sikap pantang menyerah, gigih, serta sikap membuka diri terhadap lingkungan sosialnya.

Bidang yang mempelajari hubungan antara kepribadian dengan olahraga dikenal sebagai Sport Personology. Seperti telah disinggung di atas, pengaruh timbal balik antara kepribadian dan prestasi seorang atlet dalam bidang olahraga yang ditekuninya, memunculkan banyak perdebatan atau pendapat di antara para psikolog olahraga. Pendapat-pendapat tersebut terbagi menjadi 3 golongan besar.

Golongan pertama adalah yang menganggap bahwa suatu olahraga tertentu memiliki banyak kaitan dengan kepribadian. Contohnya adalah sepakbola, golf, atau basket. Misalnya, dalam suatu pertandingan basket, seorang pemain merasa terlalu percaya diri atau over confidence, sehingga cenderung untuk memaksakan diri memasukkan bola ke ring dibandingkan dengan meneruskan kepada rekannya. Atau, dalam suatu pertandingan sepakbola, seorang pemain lebih percaya untuk memberikan bola kepada seorang rekan tertentu yang ia senangi, serta enggan untuk memberikan bola kepada rekan yang tidak ia senangi atau percayai. Kecenderungan yang dilakukan oleh pemain basket ataupun sepakbola tersebut akan mempengaruhi penampilannya masing-masing.

Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa ciri kepribadian atau gambaran umum kepribadian seseorang, banyak mempengaruhi penampilannya dalam berolahraga, sekaligus juga mempengaruhi prestasinya. Uraian ini menekankan bahwa terdapat ciri atau karakter khusus yang membedakan suatu cabang olahraga dengan cabang olahraga lainnya.

Jika kita telah memahami hal ini, maka tampak bahwa prestasi atlet dalam suatu cabang olahraga tertentu, banyak dipengaruhi oleh ciri pribadi atlet yang bersangkutan. Keadaan menjadi lebih rumit apabila olahraga tersebut adalah olahraga perseorangan seperti bulutangkis, tenis meja, ataupun tinju. Oleh karena itu, psikologi olahraga mengulas mengenai aspek kepribadian atlet yang positif maupun negatif, sehubungan dengan upaya untuk meningkatkan prestasinya.

Selanjutnya, terdapat golongan kedua yang menganggap bahwa pada beberapa cabang olahraga, pengaruh dari aspek-aspek kepribadian dan gambaran kepribadian atlet tidak terlalu berpengaruh terhadap prestasinya. Misalnya pada cabang atletik. Kecuali dibutuhkan adanya suatu ketangguhan mental (mental toughness), prestasi dari seorang pelari jarak pendek atau pelari jarak menengah tidak banyak dipengaruhi oleh aspekaspek kepribadian yang ia miliki seperti introvert atau ekstrovert. Demikian pula pada pelompat tinggi, pelompat jauh, pelompat galah, pelempar lembing, maupun pelempar peluru, di mana pengaruh aspek kepribadian tidak terlampau terlihat.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penerapan dasar-dasar psikologi olahraga untuk meningkatkan motivasi berprestasi seperti latihan-konsentrasi atau latihan visualisasi. Hal ini tentunya dapat dilakukan baik oleh atlet sendiri, maupun dibimbing atau diarahkan oleh pelatihnya. Seorang pelatih hendaknya menggunakan asas-asas psikologi dalam kegiatannya menghadapi atau mendampingi atlet.

Golongan ketiga adalah pendapat yang mengatakan bahwa pengaruh kepribadian terhadap penampilan seorang atlet dalam olahraga bersifat moderat. Artinya, pengaruh tersebut tetap ada, namun tidak terlalu dominan. Aspek atau gambaran kepribadian dan seorang atlet memiliki pengaruh terhadap prestasinya, namun pengaruh tersebut tidak besar dan bukan merupakan faktor yang menentukan.

Contohnya adalah seorang atlet sepakbola yang penampilannya di lapangan ditandai oleh penguasaan teknik bersepakbola yang luar biasa. Hal ini tentu dilatarbelakangi oleh bakat yang baik, sehingga keterampilan tekniknya pun menjadi luar biasa baiknya. Dengan kata lain, dominasi kemantapan berprestasi atau keberhasilan seseorang dalam berolahraga, diakibatkan oleh kemampuan dasar dan bakat yang ia miliki, jauh lebih dominan daripada kepribadiannya. Meskipun demikian, kemauan untuk bekerja sama dan membentuk suatu regu yang kompak, solid, terpadu, dipengaruhi pula oleh pribadi-pribadi dengan kepribadiannya.

Pustaka
Psikologi Olahraga Prestasi Oleh Singgih D. Gunarsa Dr. Prof.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar