3/28/2013

Menyanyi dengan Hati

Seseorang bisa saja bernyanyi dengan baik, namun bila ia hanya mengandalkan tubuh: tenggorokan, bibir, mulut, lidah, diafragma, paru-paru, dan pernapasan, nyanyiannya hanya akan sampai di telinga pendengar. Dan, apabila ada penyanyi bisa menyanyi dengan kemampuan teknis otak, nyanyiannya akan sampai ke otak. Tetapi, jika seorang penyanyi menyanyikan lagu dengan keseluruhan jiwa, dengan bibir serta teknik yang baik, dan yang paling penting adalah dengan perasaannya, nyanyiannya akan sampai ke telinga, otak, dan hati pada pendengar. Begitu juga dengan musisi lain seperti gitaris dan pianis, jika gitaris atau pianis memainkan alat hanya dengan mengandalkan skill dan wawasan bermusiknya, permainannya juga hanya akan sampai ke otak para pendengar.

Jika seorang musisi memainkan alat musik dengan teknik bermain dan teknik improvisasi yang bagus dan juga menggunakan perasaannya, apa yang ia mainkan akan masuk jauh lebih dalam dan dahsyat ke dalam hati para pendengar. Itu merupakan hukum alam: siapa yang berbicara dari hati, apa yang dia sampaikan akan masuk ke dalam hati. Begitu juga halnya, siapa bermusik dari hati, musiknya juga terantarkan masuk ke dalam hati. Inilah yang disebut kualitas vibrasi, yang secara alami akan masuk ke dalam dan menggetarkan jantung hati para pendengarnya. Sesungguhnya hal di atas dapat dipelajari dan dijadikan pola (prinsip) dalam kehidupan sehari-hari kita, yakni dalam mengerjakan segala sesuatu hendaknya semuanya dilakukan dengan penuh cinta, kasih, dan ketulusan. Oleh sebab itu, kita perlu melatih kepekaan terhadap vibrasi yang kita hasilkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Semua benda hidup yang ada di alam ini juga dihubungkan oleh vibrasi. Benda tak kasat ini disebut matrix. Contohnya, pada saat kita menonton sebuah pementasan teater (teater itu bukan pementasan komedi), tatkala ada sebuah adegan yang menggelikan, mungkin pada saat itu kita merasa adegannya biasa-biasa saja. Respons pertama kita adalah tersenyum. Lalu, saat adegan itu terjadi lagi, kita masih tersenyum. Namun, ketika pada pengulangan adegan berikutnya semua penonton di sekeliling kita tertawa, kita pun ikut tertawa.

Para penonton lainnya yang menertawakan adegan yang menurut mereka lucu bisa membuat kita tertawa, entah karena kita ikut-ikutan tertawa atau karena kita menertawakan penonton yang lain. Mengapa hal itu bisa terjadi? Itu adalah karena ada matrix, yang membuat kita ikut merasakan adanya kelucuan. Kita adalah bagian dari satu kesatuan, oneness.

Referensi
The Power of Sound Oleh diDDi AGePhe

Tidak ada komentar :

Posting Komentar