2/06/2013

Sejarah Kekristenan Asia

Perang Dunia II merupakan titik yang menentukan dalam sejarah ke-kristenan di Asia. Mitos keunggulan bangsa-bangsa Barat terbukti tidak benar, terutama di wilayah-wilayah yang diduduki Jepang. Pada periode 1943-1949 negara Lebanon, .Suria, Yordania, India, Pakistan, Burma, Ceylon, Korea Utara, Korea Selatan, Filipina, Laos, Kamboja dan Indonesia memperoleh kemerdekaannya. Kemandirian yang lama diinginkan tiba-tiba ditimpakan juga kepada gereja-gereja Asia.

Dalam teori, misi-misi Protestan dari permulaannya bercita-cita mendirikan gereja-gereja asli yang mandiri dalam tiga hal, yaitu dana, kepemimpinan dan perluasan (selfsupport, self-government, self-extension).

Tetapi dalam kenyataannya para pekabar Injil Barat mengendalikan gereja secara ketat. Perang mengakhiri “inasa remaja” yang berlarut-larut itu, sehingga gereja-gereja Asia terpaksa diakui dewasa. Dengan kemerdekaan berbagai negara Asia sesudah Perang Dunia II menjadi tampaklah bahwa hubungan Gereja Barat atau badan misi Barat dengan Gereja Asia perlu diubah. Hubungan induk dengan anak berubah menjadi hubungan abang dengan adik, dan kemudian benibah lagi menjadi saudara-saudara sederajat dan mitra bersama dalam panggilan gereja sedunia untuk bersekutu, melayani dan mengabarkan Injil. Hubungan paternalistis berubah menjadi kemitraan.

Dalam paroan kedua abad ke-20 gereja-gereja Asia berusaha mengembangkan kekristenan berkepribadian Asia. Hal ini tidak berarti penolakan akar-akar tradisi Kristen, ataupun pemisahan gereja Asia dari sejarah gereja sedunia. Sejumlah besar ahli teologi Asia mendapat pendidikan di negeri-negeri Barat, maka pemikiran serta perhatian mereka dipengaruhi pemikiran dan teologi Barat, di samping teologi Dunia Ketiga zaman sekarang. Dikotomi liberal dan konservatif, oikumenis dan evangelikal, yang terjadi di Barat muncul juga di Asia dengan konteks pemikiran kekristenan Asia.

Pada awal zaman kemandirian para ahli teologi Asia mempelajari agama-agama Asia serta kebudayaan-kebudayaan Asia sebagai jalan pendekatan kepada penduduk setempat. Appasamy memakai konsep-konsep Hinduisme India sebagai sarana pengungkapan kebenaran Kristen. Ahliahli teologi India yang kemudian, seperti Devanandan, lebih menekankan dialog antara kekristenan dan Hinduisme. Teologi kontekstual mengambil berbagai bentuk. Koyama, seorang tenaga utusan Injil dari Jepang ke Thailand, yang sekarang tinggal di Amerika, menekankan kontekstualisasi teologi salib yang diarahkan kepada rakyat pinggiran. Kemiskinan dan penindasan, yang nyata dalam kehidupan sejumlah besar penduduk Asia, diperlihatkan dalam teologi penderitaan di Jepang dan dalam teologi Minjung di Asia. Teologi feminis Asia dikembangkan di Korea dan di Filipina menjelang akhir periode yang diteliti, tetapi belum menyentuh masyarakat-masyarakat di mana pemerasan wanita terjadi.

Periode 1945-1990 merupakan zaman yang ditandai perubahan yang terus-menerus. Imperialisme politik negara-negara Barat disusul imperialisme ekonomi perusahaan berbagai bangsa (multinational) dan kekuasaan ekonomi negara-negara besar. Pertikaian antara Komunisme dengan kapitalisme, khususnya antara Uni Sovyet dengan Amerika Serikat, sesudah Perang Dunia II, mengakibatkan serangkaian perang dan revolusi atau pemberontakan di kawasan Asia.

Menjelang tahun 1990, keruntuhan pemerintahan Komunis di beberapa negara, serta penghematan Amerika Serikat menghadapi kesulitan ekonomi mengakibatkan permusuhan antar agama dan antar suku-bangsa mencapai titik puncaknya, sehingga pecahlah perang dan gerakan terorisme semakin meningkat. Hampir setiap negara Asia terdiri dari penduduk campuran suku maupun campuran agama, sehingga mudah terpengaruh oleh ketegangan yang semakin meningkat akibat nasionalisme, prasangka kesukuan dan sikap tanpa toleransi dalam agama.

Pada paroan kedua abad ke-20, terutama menjelang akhir abad terse- but, Asia mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, sehingga Jepang termasuk golongan negara-negara terkaya di dunia. Kawasan Lingkaran Samudera Pasifik (Pacific Rim) sangat berpengaruh dalam ekonomi dunia. Meskipun Asia secara keseluruhan mengalami perkembangan pesat, namun di beberapa tempat, seperti Bangladesh dan Myanmar, kemiskinan masih merajalela. Perkembangan yang pesat ini mengakibatkan urbanisasi. Akibat pesatnya proses urbanisasi, pada tahun 1990 terdapat 89 kota di Asia dengan penduduk melebihi sejuta jiwa. Penduduk terdaftar di Jakarta pada tahun yang sama berjumlah lebih dari delapan juta. Kotakota “mega” di Asia bercirikan teknologi canggih, pembangunan modern, namun juga disertai kemiskinan yang mengerikan.

Titik berat kekristenan bergeser dari negeri-negeri Barat ke negerinegeri non-Barat. Pada tahun 1990 jumlah orang Kristen diperkirakan mencapai 30% dari penduduk selunth dunia (Katolik Roma 16,8%, Protestan 9,2%). Pada tahun 1960 58% orang Kristen di dunia berasal dari negeri-negeri Barat; pada tahun 1990 angka itu turun menjadi 38%. Dalam jangka waktu tiga puluh tahun (1960-90) Gereja Protestan, terutama Gereja-gereja Pentakosta, mengalami pertumbuhan yang menakjubkan di Latin Arnerika, di Afrika dan di Asia.

Menurut perbandingan jumlah, Islam merupakan agama yang paling cepat bertumbuh di seluruh dunia; dari 12,4% penduduk dunia pada tahun 1960 mencapai angka 19,6% penduduk dunia pada tahun 1990. Namun, sebagian besar jumlah tersebut menggainbarkan angka kelahiran yang lebih tinggi di negeri-negeri Islam.

Di Asia kekristenan masih merupakan minoritas kecil; 7,8% penduduk Asia pada tahun 1990 beragama Kristen (Katolik 2,9%, Protestan 4,3%). Ada perbedaan besar antara Filipina, dengan 90% penduduknya Katolik, dengan Thailand di mana jumlah orang Kristen belum mencapai angka 1% penduduk. Namun di hampir setiap negeri Asia kekristenan sedang berkembang pada paroan kedua abad ke-20, terutama pada tahun 1980-an. Di Korea Selatan terdapat jemaat-jemaat terbesar di dunia, sekolah-sekolah tinggi teologi terbesar di dunia dan jumlah tenaga misi terbesar di dunia non-Barat.

Ketika Cina dinyatakan sebagai negara Komunis pada tahun 1949 diperkirakan ada 3 juta orang Katolik Roma dan 1,5 juta orang Protestan. Pada tahun 1992 Biro Pencatatan Statistik di Cina memperkirakan ada 12 juta orang Katolik Roma dan 63 juta orang Protestan. Operation World melaporkan pada tahun 1990-an bahwa hampir 50% orang Protestan di benua Asia terdapat di negeri Cina. Mengingat tantangan dan penganiayaan yang dihadapi umat Kristen di Cina dalam periode 40 tahun itu, statistik tersebut sungguh menakjubkan. Ternyata kekristenan yang tidak berhasil berakar di Cina pada zaman dulu, sekarang sudah berakar, dan ini terjadi hampir tanpa campur tangan pekabar Injil asing.

Dalam mempelajari sejarah kekristenan Asia zaman sekarang, beberapa pertanyaan bermanfaat mengarahkan pemikiran:

1) SIAPAKAH orang Kristen pada masa 1945-1990?
Orang dari suku bangsa dan golongan masyarakat manakah yang menjadi Kristen? Siapakah pemimpin-pemimpin gereja, ahli-ahli teologi dan pekabar-pekabar Injil yang terkemuka? Orang yang bagaimanakah mengabdi mengabarkan Injil pada periode gereja Asia?

2) MENGAPAKAH pertumbuhan gereja Kristen lebih pesat di daerah yang satu ketimbang di daerah yang lain?
Faktor-faktor sosial, kebudayaan dan kesukuan memainkan peranan yang menentukan perkembangan gereja, seperti pada masa-masa lalu. Tidak kalah pentingnya keadaan politik dan juga metode, semangat dan cita-cita misi umat Kristen sendiri

3) APAKAH ciri-ciri khas Kekristenan Asia pada paroan kedua abad ke-20?
Bagaimanakah sumbangan pemikiran tokoh-tokoh Kristen Asia, terutama mengenai kem’skinan dan penindasan, kepada jemaat Kristen sedunia? Bagaimanakah gereja Kristen mewujudkan kekristenan di dalam konteks Asia?

4) BAGAIMANAKAH pandangan Gereja Kristen Asia mengenai peranannya dalam masyarakat-masyarakat Asia yang majemuk?
Bagaimanakah Gereja Kristen Asia memenuhi panggilannya mengabarkan Injil dan memperkenalkan Kristus kepada bangsa-bangsa Asia?
Sejarah kekristenan di Asia dalam paroan kedua abad ke-20 masih dalam proses penelitian. Bagian III ini merupakan uraian singkat yang bersifat umum dan dangkal mengenai sejarah gereja di berbagai negara di Asia pada masa 1945-1990. Pemikiran matang dan penilaian yang mantap mengenai periode ini memerlukan jangka waktu lebih lama. Namun sudah dapat dilihat berbagai gejala signifikan yang menolong kita mengerti baik pekerjaan Tuhan maupun peranan dan panggilan kita dalam sejarah Gereja Asia zaman sekarang.

Pustaka
Sejarah gereja Asia Oleh Anne Ruck

1 komentar :

  1. cocok dengan buku Sejarah Gereja Asia, (DR. ANNE RUCK) halaman 251. trims.

    BalasHapus