8/12/2013

Penyakit kardiovaskular dalam pekerjaan

PENYAKIT KARDIOVASKULAR DALAM PEKERJAAN


Sistem kardiovaskular (atau sistem sirkulasi) memegang peranan dalam pergerakan bahan nutrisi, hormon, dan zat lain menuju dan dari berbagai tempat di dalam tubuh secara cepat serta berkesinambungan. Komponen utama sistem sirkulasi adalah jantung dan pembuluh darah, pembuluh nadi, pembuluh kapiler, dan pembuluh balik. Penunjang sistem sirkulasi berupa sistem limfe karena pembuluh limfe juga berfungsi seperti pembuluh balik, yaitu untuk membawa cairan dari jaringan kembali ke jantung.

1. Jantung
Faktor pekerjaan dapat memengaruhi berbagai bagian jantung, otot, pembuluh darah, sistem konduksi, dan perikardium. Beberapa faktor pekerjaan dapat memengaruhi berbagai bagian jantung tersebut.
a. Otot jantung
Istilah "kardiomiopati" merujuk kepada penyakit dan kondisi abnormal manapun pada otot jantung. Terdapat berbagai macam bentuk kardiomiopati. Beberapa di antaranya adalah akibat penyakit lain, misalnya penyakit saraf (misalnya distrofi otot, Friedreich's ataxia, dan distrofi miotonik) atau penyakit metabolik (misalnya beri-beri, hemokromatosis, penyakit kolagen, atau sirosis).
Kardiomiopati lain yang tidak disebabkan pekerjaan namun berasal dari dalam jantung itu sendiri, misalnya fibrosis endomiokardial.

Penyebab klasik kardiomiopati dikenal sebagai "Quebec Beer-drinker's Cardiomyopathy" (pertama kali diperkenalkan tahun 1967) walaupun kasus selanjutnya dijelaskan juga di Amerika, Belgia, dan negara lain. Kondisi tersebut disebabkan penambahan kobalt ke dalam bir sebagai bahan penghasil busa. Individu yang terkena Quebec Beer-drinker's Cardiomyopathy adalah peminum bir berat yang meminum bir dengan tambahan kobalt. Masih terdapat keraguan mengapa otot jantung menjadi sangat terpengaruh. Efek sinergis alkohol, kobalt, dan kurangnya asupan protein diperkirakan sebagai penyebab. Namun, dilaporkan kasus kardiomiopati akibat kobalt pada pekerja logam yang terpajan kobalt selama 4 tahun yang tidak minum alkohol secara berlebihan maupun kekurangan gizi. Kobalt digunakan dalam campuran berbagai logam, cat, dan sepuhan listrik. Beberapa peminum alkohol ilegal selama Prohibition Period di Amerika juga menderita kardiomiopati, diperkirakan disebabkan timah. Arsen juga dianggap berperan terhadap mortalitas akibat gagal jantung akut pada kelompok pekerja.
Walaupun belum dapat diambil kesirnpukan secara menyeluruh, tampaknya terdapat kemungkinan bahwa kobalt, timah, dan arsen dapat menyebabkan kardiomiopati. Dokter kesehatan kerja harus selalu rnengingat hal ini pada saat melayani pekerja yang terpajan bahan tersebut.

b. Sirkulasi koroner
Saat ini lebih banyak didapatkan informasi mengenai dampak faktor pekerjaan terhadap sirkulasi koroner dibandingkan terhadap otot jantung itu sen- diri. Telah diketahui dengan baik bahwa merokok sigaret merupakan faktor risiko terhadap perkembangan arteriosklerosis koroner. Zat yang terdapat dalam rokok sigaret yang bertanggung jawab terhadap risiko ini sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Karbon monoksida dan nikotin adalah bahan yang paling mungkin menjadi penyebab walaupun nitrogen oksida, arsen, kadmium dan bahan lain juga memberatkan. Konsep populer bahwa penyakit jantung koroner memengaruhi golongan manajer dan kelompok profesional tampaknya salah. Studi terkini menunjukkan bahwa infark miokard
banvak terjadi di antara pekerja kasar dan pekerja yang tidak terampil walau- pun hanya sebagian dijelaskan pada kelompok tersebut terdapat angka merokok yang lebih tinggi.

i) Karbon monoksida
Studi epidemiologi di Inggris, Finlandia, Jepang, dan Amerika menunjukkan bahwa pada pekerjaan dengan pajanan terhadap karbon monoksida yang tinggi, misalnya pekerja pengecoran logam, pabrik baja, dan peniup tungku, selain meningkatkan risiko arteriosklerosis koroner, karbon monoksida juga memberatkan gejala. Tidak ada hubungan dosis terhadap reaksi yang dapat didemonstrasikan dalam sebagian besar studi.

ii) Karbon disulfida
Beberapa studi mengenai pajanan pekerja terhadap karbon disulfida menunjukkan peningkatan angka mortalitas karena penyakit jantung iskemik. Namun, mengingat penyakit jantung koroner memiliki penyebab multifaktorial, ada kemungkinan risiko terjadinya penyakit jantung koroner berbeda antarnegara, tergantung faktor yang bersamaan terjadi a tau pun faktor lain, seperti lemak darah dan tekanan darah yang meningkat. Suatu analisis terpadu dilakukan tentang prevalensi angina pektoris, eletrokardiogram setelah melakukan latihan, serta pengukuran tekanan darah pada pekerja di Finlandia dan Jepang yang terpajan karbon disulfida. Ditemukan bahwa angina jarang terjadi dan bukti riwayat infark sebelumnya tidak ditemukan di antara orang Jepang yang diteliti, baik pada mereka yang terpajan terhadap karbon disulfida maupun yang tidak. Sebaliknya, pada penduduk Finlandia yang diteliti, ditemukan prevalensi angina sebanyak 10% pada yang subjek tidak terpajan dan 15% pada yang terpajan karbon disulfida.

Diperkirakan bahwa efek karbon disulfida terhadap sirkulasi koroner disebabkan kombinasi berbagai efek yang berbeda; pada metabolisme lemak, gangguan mekanisme pembekuan darah, peningkatan tekanan darah, hipotiroidisme subklinis, dan efek toksik terhadap miokard. Bagaimana pun juga, lebih banyak penelitian yang diperlukan untuk menjelaskan mekanisme yang sebenarnya bagaimana karbon disulfida dapat menyebabkan arteriosklerosis.

iii) Nitrat
Kasus mortalitas mendadak pada pekerja yang terpajan campuran nitro-gliserin dan nitroglikol pertama kali dilaporkan tahun 1952. Studi terkini menunjukkan tingginya angka mortalitas yang disebabkan sakit jantung iskemik di antara pekerja yang terpajan selama beberapa tahun, umumnya lebih dari 20 tahun, dalam membuat peledak dari nitrogliserin dan nitroglikol. Mortalitas mendadak akibat nitrat sering terjadi pada hari Senin pagi sebelum mencapai tempat kerja, sehingga dinamakan "Mortalitas senin pagi".
Banyak mortalitas terjadi setelah absen pekerjaan selama satu atau dua hari. Mekanisme terjadinya mortalitas diperkirakan karena rebound vasospasm (kembalinya penyempitan pembuluh). Nitrat lain yang dapat menyebabkan risiko koroner yang meningkat di antaranya adalah etilen glikol dinitrat dan alkil nitrat.

iv) Stres
Stres pada saat kerja menyedot banyak perhatian. Sangat sukar untuk menemukan definisi yang dapat memenuhi persetujuan umum. Definisi yang biasanya dipegang bahwa stres adalah "suatu keadaan yang dirasakan sebagai tidak adanya keseimbangan antara tuntutan dan kemampuan untuk menanggapinya, dalam kondisi gagal untuk memenuhi tuntutan yang dirasakan mempunyai konsekuensi penting" Sebagian disebabkan oleh sukarnya membuat definisi yang jelas, kenyataan apakah stres pada pekerjaan akan memengaruhi kelainan kardiovaskular secara bermakna belum jelas diketahui. Sistem kerja bergiliran, meskipun terkadang menyebabkan stres luar biasa, diduga menyebabkan risiko tinggi terhadap penyakit jantung koroner, namun bukti lebih lanjut masih diperlukan.

c. Sistem konduksi
Abnormalitas kecepatan dan ritme dapat berasal dari impuls jantung yang bersumber dari fokus ektopik abnormal maupun transmisi abnormal impuls yang berasal dari fokus normal. Kategori disritmia termasuk prematur atrium ektopik atau detak ventrikel prematur dan takikardia paroksismal maupun permanen.
i. Bahan hidrokarbon
Banyak hid rokarbon mengandung halogen yang cliketahui dapat menyebabkan gangguan ritme jantung. Bahan bakar fluorokarbon dilaporkan menyebabkan kontraksi atrium yang prematur, fibrilasi atrium paroksismal, dan detak ventrikel prematur pada orang muda yang sehat.
Pajanan terhadap trikloroetilen, yang banyak dipakai untuk menghilangkan lemak, dilaporkan menyebabkan fibrilasi ventrikel para pekerja, sering menyebabkan mortalitas.
Para remaja dan kelompok lain yang dengan sengaja menyedot bahan bakar aerosol untuk mendapatkan efek mabuk (high) mengalami mortalitas mendadak karena acute cardiac arrest sebagai akibat fibrilasi ventrikel. Hal ini berhubungan dengan sensitisasi jantung terhadap adrenalin. Uji coba pada binatang percobaan menunjukkan bahwa banyak fluorokarbon yang dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel seperti halnya hidrokarbon yang tidak mengandung halogen, misalnya propana dan isobutana.
Bahan hidrokarbon lain yang dilaporkan menyebabkan gangguan ritme jantung maupun mortalitas mendadak, termasuk benzena, kloroform, perkloroetilen (mungkin merupakan bahan kimia yang paling banyak dipakai dalam dry-cleaning), toluen (Studi Kasus 1), fenol dan gasolin.

STUDI KASUS I
KCG, laki-laki berusia 32 tahun, telah bekerja selama delapan tahun sebagai pengawas pabrik yang menghasilkan bahan perekat. Proses yang dilakukan meng-gunakan toluena dan xilena. Selama tiga tahun belakangan, hampir sepanjang waktu ia bekerja mempromosikan produk perusahaan kepada colon pelanggan dengan menyetir mobil. Ia selalu berada dalam keadaan sehat hingga delapan bulan yang lalu, ia mulai mengalami sensasi berdebar-debar secara intermiten pada area prekardial, disertai detak jantung yang cepat dan tidak teratur.
Pada pemeriksaan, melalui elektrokardiogram, ditemukan beberapa detak jantung ektopik yang berasal dari ventrikel. Kadar toluena di dalam darah pada akhir giliran kerja ternyata tidak meningkat. Analisis urine pada akhir giliran kerja tidak menunjukkan adanya peningkatan methyl hippuric acid.
Disimpulkan bahwa takikardia ventrikuler tidak disebabkan oleh pajanan terhadap toluena maupun xilena. Jumlah pajanan terhadap bahan tersebut minimal selama tiga tahun belakangan, sedangkan gejala baru is rasakan sejak delapan bulan yang lalu dan tes biokimia masih berada dalam batas normal.

ii. Penyakit dekompresi
Penyakit dekompresi yang akut dilaporkan menyebabkan kelainan ritme jantung.

iii. Syok listrik
Kelainan ritme jantung kadang dapat muncul akibat komplikasi syok listrik.

d. Perikardium
Penyebab perikarditis yang dikenal secara umum adalah infeksi, seperti pada tuberkulosis dan virus coxsackie atau virus lainnya. Perikarditis dapat pula timbul akibat trauma, penyakit kolagen, infark jantung, uremia, dan lain sebagainya.
Telah diketahui dengan baik bahwa silikosis mempertinggi risiko terkena tuberkulosis, yang selanjutnya akan menyebabkan efusi pleura dan perikarditis (Studi Kasus 2).

STUDI KASUS 2
AD, laki-laki berusia 59 tahun, telah bekerja di pertambangan granit selama 28 tahun. la berada dalam keadaan sehat hingga satu tahun yang lalu, ketika ia menderita demam subfebris intermiten, disertai keringat malam, malaise, dan berat badan berkurang. Terdapat pula batuk berdahak dengan sputum mengandung titik darah, rasa nyeri yang samar-samar di dada, serta napas pendek.
Pada pemeriksaan, ditemukan demam dan ia terlihat lebih kurus. la mengalami dispnoe ringan. Terdengar krepitasi ringan pada bagian atas paru di kedua sisi. Foto X-ray dada menunjukkan adanya kalsifikasi berbentuk "kulit telur" pada hilus dan bayangan berbentuk nodus di kedua sisi bagian atas. Ditemukan kavitas berukuran kecil di apeks kanan, menunjukkan adanya tuberkulosis. Kultur sputum positif untuk Mycobacterium tuberculosis. la diberikan pengobatan untuk tuberkulosis dan mendapatkan cuti sakit.

Enam bulan kemudian, is masuk rumah sakit karena dispnoe hebat, sianosis, dan demam tinggi. Pada pemeriksaan, terdapat takikardia dan gesekan perikardial dengan gambaran perubahan elektrokardiograrn yang khas. Pada sadapan perkardial dihasilkan cairan berwarna kuning dengan kultur Mycobacterium tuberculosis positif. Dia didiagnosis dan diobati sebagai kasus efusi perikardium yang berasal dari tuberkulosis, mungkin sebagai komplikasi silikosis.

2. Pembuluh Darah

a) Hipertensi
i. Timah
Kontroversi masih terjadi seputar klaim beberapa peneliti bahwa pajanan timah inorganik jangka panjang dapat menyebabkan hipertensi permanen, dengan ada atau tidaknya kelainan ginjal. Keracunan timah akut menyebabkan vasokonstriksi diikuti pucatnya kulit disertai kenaikan tekanan darah ringan yang masih reversibel. Melalui beberapa studi, ditemukan terjadi angka mortalitas yang tinggi akibat penyakit serebrovaskular di antara pekerja timah hitam.

ii. Kadmium
Masih terdapat kontroversi apakah kadmium menyebabkan hipertensi di antara pekerja yang terpajan atau tidak. Namun, terdapat cukup bukti bahwa pajanan terhadap kadmium jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan tubulus ginjal, yang diketahui mengawali hipertensi sekunder.

iii. Bising
Efek kebisingan terhadap tekanan darah belum sepenuhnya dapat dipastikan. Beberapa studi menemukan bahwa pekerja terpajan kebisingan industri memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik yang meningkat namun studi lain belum menemukan hubungan tersebut.

b) Fenomena Raynaud
Fenomen Raynaud terdiri atas kulit pucat secara intermiten maupun sianosis ekstremitas yang dipicu pajanan terhadap dingin, tanpa bukti klinis adanya penyumbatan pembuluh darah besar perifer.
Tampilan pasien biasanya berupa jari tangan dan kaki berwarna putih dan terasa nyeri. Kondisi ini biasanya dipicu dan menjadi lebih berat oleh suhu dingin.

i. Getaran
Gergaji rantai, palu yang dipukulkan, penggilingan, pengeboran dengan palu, dapat menyebabkan fenomen Raynaud.

ii. Monomer villa klorida (VCM)
VCM secara luas digunakan cialam pembuatan plastik polimer (PVC). Selain dapat menyebabkan fenomen Raynaud, VCM juga dapat menimbulkan angiosarkoma pada hati di antara pekerja yang terpajan.

c) Hipertensi pulmonal dan cor pulmonale kronis
Cor pulmonale kronis didefinisikan sebagai kelainan sirkulasi yang berlangsung lama dengan hambatan pembuluh paru yang terjadi intermiten atau permanen disebabkan oleh penyakit fungsional maupun stuktural pada paru dan rongga toraks. Tekanan pada pembuluh nadi paru mula-mula meningkat hanya pada pergerakan, namun belakangan pada saat sedang beristirahat pun meningkat.
Berbagai jenis pneumokoniosis dapat menyebabkan sindroma ini. Gambaran foto rontgen paru menunjukkan adanya fibrosis dan gambaran lain pneumokoniosis dengan corakan pembuluh nadi paru dan cabang- cabangnya yang jelas. Pembesaran jantung bagian kanan timbul belakangan.

d) Hipertensi portal
Hipertensi portal yang berasal dan fibrosis vena porta dan sekitarnya dapat disebabkan pajanan terhadap vinil klorida dan bahan inorganik arsenik di lingkungan pekerjaan.
Sirosis hepatic, sering disebabkan oleh virus hepatitis B yang ditularkan dan pasien kepada petugas kesehatan, sering disertai hipertensi portal. Sirosis dapat juga disebabkan pajanan terhadap bahan kimia seperti tetrakloretana, karbon tetraklorida dan fosfor.

Pustaka
BA Praktik Kedokteran Kerja ed 1 Oleh J. Jeyaratnam & David Koh

Tidak ada komentar :

Posting Komentar