5/14/2013

Nilai Agronomis dan Ekonomis Kacang Hijau

Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas leh masyarakat. Tanaman yang termasuk dalam keluarga kacang-kacangan ini sudah lania dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia, tanaman kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari kesesuaian iklim dan kondisi lahan yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau.

Kacang hijau memiliki kelebihan dibandingkan dengan jenis kacang lain seperti kacang tanah dan kacang kedelai dari sisi agronomi dan ekonomi. Dari sisi agronomi, kacang hijau termasuk jenis tanaman yang tahan kekeringan dan dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur. Artinya, kacang hijau mampu hidup dan berbuah di daerah kering. Kacang hijau juga tahan terhadap hama dan penyakit. Hal ini terlihat dari jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman kacang hijau relatif lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lain. Dengan demikian, risiko kegagalan panen juga semakin kecil. Selain itu, sistem budidaya tanaman kacang hijau juga relatif mudah.

Dengan umurnya yang pendek, kacang hijau bisa menjadi penyangga pangan dalam rangka ketahanan pangan. Tanaman ini bisa ditanam menggantikan padi di musim kemarau atau tanaman penyela antara musim kemarau ke musim hujan berikutnya. Pada musim kemarau, hanya tanaman kacang hijau yang masih bisa tumbuh di pematang sawah.

Kacang hijau cocok ditanam di sawah tadah hujan dan daerah beririgasi yang rusak. Tanaman kacang hijau juga bisa ditanam dengan input produksi yang rendah. Artinya, dalam penanaman tidak perlu pengolahan tanah, pemupukan, dan pengairan yang intensif.

Dari sisi ekonomi, kacang hijau termasuk tanaman pangan yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, harganya relatif stabil. Hingga saat ini permintaan kacang hijau beltun mencapai titik jenuh. Hal ini terlihat dari permintaan yang setiap tahun tentu mengalami peningkatan. Namun, sate hal yang disayangkan, permintaan kacang hijau ini tidak diikuti oleh perkembangan luas lahan tanamnya. Dengan demikian, kekurangan permintaan tersebut terpaksa hares dipenuhi dengan mengimpor dari beberapa negara lain seperti India, Filipina, dan Thailand.

Perhatian petani kepada tanaman kacang hijau dianggap masih kurang karena perlu Ivaktu yang lama untuk mendapatkan hasil panen (panen kacang hijau tidak serempak). Dengan demikian, perputaran modal lebih lambat. Kendala tersebut dapat dikurangi dengan pemakaian bibit unggul dan perbaikan teknologi. Namun, bibit unggul kacang hijau relatif masih sedikit dan adopsi teknologi masih rendah karena petani tidak tertarik dengan harga kacang hijau yang rendah bila dibandingkan dengan kacang kedelai atau kacang tanah.

Peningkatan luas areal tanam kacang hijau termasuk lambat. Pada tahun 1988, luas areal tanam yaitu 342.000 ha dengan rata-rata hasil o,8o ton/ha. Sementara pada tahun 1992, luas areal tanam ada 393.000 ha dengan rata-rata hasil 0,83 ton/ha sehingga produksi total 326.000 ton. Pada tahun 1996, luas panen kacang hijau di Indonesia 292.095 ha dengan produksi 283.886 ton atau produktivitasnya sebesar 0,972 ton/ha. Data terakhir (2003) menunjukkan luas areal pertanaman kacang hijau 344.558 ha dengan produksi 335.224 ton atau produktivitasnya sebesar 0,973 ton/ha (Tabel 1).

TABEL I. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS, DAN PRODUKSI KACANG HIJAU DI INDONESIA TAHUN 1993-2003
Tahun → Luas Panen(ha) → Produktivitas(ton/ha) → Produksi(ton)
1993 → 374.063 → 0.862 → 322.316
1994 → 292.095 → 0.972 → 283.886
1995 → 361.115 → 0,901 → 325.342
1996 → 330.988 → 0,911 → 301.421
1997 → 294.184 → 0.890 → 261.707
1998 → 336.167 → 0,902 → 303.133
1999 → 298.070 → 0,889 → 265.126
2000 → 323.978 → 0,895 → 289.876
2001 → 339.252 → 8.870 → 301.021
2002 → 313.563 → 0.919 → 288.089
2003 → 344.558 → 0,973 → 335.224

Sumber :BPS dan DITJEN. BPTP , 2005

Selama ini peningkatan produksi masih kurang menggembirakan, sedangkan di lain pihak kebutuhan terus meningkat. Keadaan ini menyebabkan pemerintah harus mengimpor kacang hijau. Padahal, bagi pelaku agribisnis bermodal kuat dan tidak memerlukan pengembalian modal yang cepat, melakukan budidaya kacang hijau merupakan suatu alternatif yang tepat karena pasar lokal siap menyerap hasil produksinya.

Pustaka
Kacang Hijau Oleh Purwono

Tidak ada komentar :

Posting Komentar