3/12/2013

Gelombang Tsunami?

Tsunami, oh tsunami…. Itulah sebuah kata yang mengerikan. Betapa tidak, tsunami telah meluluh lantakkan Aceh, Sumatra Utara, dan beberapa negara yang terletak di kawasan Lautan Hindia. Dalam waktu sekejap, bahaya yang ditimbulkannya luar biasa. Lebih dari 150.000 orang tewas dilanda gelombang itu. Masih ada puluhan orang ]agi yang tidak diketahui nasibnya dan dinyatakan hilang. Belum lagi ratusan ribu, bahkan jutaan orang menjadi pengungsi. Tidak terhitung pula rumah dan fasilitas umum yang hancur. Semuanya rata dengan tanah akibat terpaan tsunami.

Bahaya tsunami memang lebih menakutkan daripada bahaya gempa bumi. Masih segar dalam ingatan kita kehancuran yang ditimbulkan oleh gempa yang menimpa Nabire dan Alor, Nusa Tenggara Timur. Namun, karena gempa itu terjadi di daratan (vulkanik), korbannya tidak seberapa jika dibandingkan dengan korban tsunami. Semua korban akibat gempa bumi di kedua daerah itu dapat diidentifikasi. Berbeda halnya dengan korban tsunami. Sampai saat ini tidak terhitung jumlah korban yang belum teridentifikasi. Berapa jumlahnya Tuhanlah Yang Maha tahu.

Tsunami ternyata suatu proses setelah terjadi gempa bumi tektonik. Tsunami tidak akan terjadi apabila gempa bumi tidak terjadi pula. Itu pun terjadi apabila gempa bumi itu bersumber dari patahan lempeng bumi di dasar laut. Akibatnya, air laut bertembung yang mengakibatkan gelombang besar meluap ke daratan. Karena besar dan dahsyatnya luapan air laut, apa saja yang dilewatinya akan tersapu habis. Kecuali bangunan dan pohon yang kukuh, tidak satu pun yang tersisa dari sapuan gelombang besar itu.

Kita banyak membaca dan mendengarkan berita yang menggambarkan akibat dahsyatnya gelombang besar itu. Salah satu berita yang dapat saya kutip adalah “Suasana Kota Banda Aceh setelah Shari terkena musibah gempa tektonik dan gelombang tsunami kemarin terus membaik”. Dalam kaitan ini, ada hal yang perlu kita cermati dalam tulisan ini. Tentu pertanyaan yang perlu dijawab adalah gelombang tsunamiatau tsunami?

Istilah tsunami mencuat di kalangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia sejak peristiwa dahsyat itu terjadi menimpa Aceh, Sumatra Utara, dan beberapa negara di kawasan Lautan Hindia. Padahal, istilah ini sudah lama dikenal. Di dalam kepustakaan yang ada tsunamiberasal dari bahasa Jepang dan sudah dikenal sejak tahun 1897 (Webster’s, 1994:1270). Di dalam kamus Webster’s, tsunami terdiri atas dua kata: tsu berarti ‘pelabuhan; teluk’ dan name berarti ‘ombak besar atau gelombang”. Dari gabungan kata itu dapat diartikan bahwa tsunami adalah ‘gelombang dahsyat yang menghantam pelabuhan atau darmaga yang ada di teluk atau pelabuhan’. Webster mendefinisikannya sebagai ‘gelombang laut dahsyat yang ditimbulkan oleh gerakan bumi di bawah laut atau letusan gunung api (vulkanik)’.

Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi dkk., 2002:1212) mendefinisikannya sebagai “gelombang laut dahsyat (gelombang pasang) yang terjadi karena gempa bumi atau letusan gunung api di dasar laut (biasanya terjadi di Jepang dan sekitarnya). Ada kemiripan definisi dalam KBBI dan dalam Webster’s. Bedanya hanya dalam KBBI gelombang laut dahsyat itu disinonimkan dengan gelombang pasang. Sementara itu, ada tambahan di KBBI, yakni biasanya terjadi dilepang dan sekitarnya.

Gelombang pasang dalam KBBI diartikan sebagai ‘ombak besar yang bergulung-gulung pada permukaan laut dan menimbulkan gempuran dahsyat di tepi pantai’. Dari pengertian ini dapat kita pahami bahwa dampak tsunami luar biasa. Gelombang tersebut, karena besar dan dahsyatnya, megempur pantai dan daerah yang berada di sekitar pantai. Hal itu dapat kita saksikan betapa dahsyatnya gelombang itu sehingga menyapu rata daerah yang dilintasinya. Oleh karena itu, gelombang pasang yang tergolong tsunami mengerikan. Gelombang tersebut bergerak tanpa kompromi. Apa pun yang menghadangnya akan tumbang, kecuali bangunan, pohon yang kukuh, dan sesuatu karena mukjizat dari Yang Mahakuasa.

Di dalam KBBI tsunami biasanya terjadi di Jepang dan sekitarnya. Hal ini dapat dipahami karena Jepang terkenal dengan negara yang rawan gempa bumi yang bersumber dari dasar laut. Dalam sejarah cukup banyak gempa yang diikuti tsunami di Jepang, bahkan peristiwa tersebut terjadi berulang kali. Namun, akibatnya tidak sedahsyat yang menimpa sebagian kawasan Lautan Hindia. Dulu tsunami lebih dikenal di Jepang dan sekitarnya, tetapi sekarang sudah melanda kawasan di luar Jepang. Bahkan, tercatat sejumlah negara di kawasan yang jauh dari Jepang tertimpa tsunami, yakni Indonesia (Aceh dan Sumatra Utara), Malaysia, Thailand, Myanmar, Sri Langka, India, Maladewa, dan beberapa negara di pantai timur Afrika. Dengan demikian, tsunami tidak lagi manyadi istilah milik Jepang dan terjadi di sana. Ia sudah menjadi istilah yang menghantui masyarakat dunia, terutama yang tinggal di daerah pantai, dan mungkin terjadi di mana-mana.

Dalam konteks kebahasaan, penggunaan istilah gelombang tsunami, seperti yang dikutip di atas, merupakan istilah yang lewah (mubazir) Kelewahan itu terdapat pada penggunaan kata gelombangdalam menyebutkan tsunami. Sesuai dengan definisi dalam dua kamus, tsunami sudah mengandung pengertian gelombang. Oleh karena itu, istilah yang tepat untuk menyebutkan gelombang laut yang dahsyat itu adalah tsunami; tanpa menambahkan kata gelombang..

Tsunami; oh tsunami…. Memang istilah yang mengerikan, tetapi ada juga orang yang mengabadikannya melalui pemberian nama kepada bayi yang lahir setelah peristiwa tersebut berlalu. Di India, seperti yang diberitakan media cetak, ada bayi yang diberi nama Tsunami. Rupanya peristiwa itu menjadi inspirasi bagi orang tua untuk menamai anaknya. Tentu saja ada maksud lain yang terkandung dalam nama bayi itu, yakni mengenang sejarah terjadinya tsunami pada tanggal 26 Desember 2004. Belum lagi para seniman yang menjadikan tsunami sebagai bentuk karya seninya. Mudah-mudahan cukup sekali saja tsunami terjadi di bumi ini. Kita memang beriman akan terjadinya tsunami yang maha dahsyat lagi, dan itu pasti terjadi, yaitu kiamat. Kapan terjadinya, wallahu alam. Namun, tsunami dalam arti sebenarnya mudah-mudahan tidak terulang lagi. Amin!

Pustaka
Media Indonesia, 19 Februari 2005

Tidak ada komentar :

Posting Komentar