Seperti diuraikan di atas, segmentasi tidak dibutuhkan selama tidak ada persaingan. Tetapi produsen manakah di dunia ini yang sekarang bebas dari persaingan? Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi (khususnya teknologi informasi) telah membuat para produsen dari manca negara bebas menembus batas-batas negara. Konsumen pun semakin bebas memilih di mana pun barang/jasa itu berada. Kemajuan dunia telekomunikasi, cara-cara pembayaran, transportasi, dan teknologi pengiriman barang mengakibatkan pesanan dapat dikirim dengan harga yang jauh lebih murah dari masa-masa sebelumnya dalam tempo yang lebih cepat. Pesaing-pesaing ini mungkin tidak tampak secara fisik di pasar , tetapi nyata dan mempengaruhi penjualan para monopolis di suatu negara.
Di sisi lain, saling ketergantungan modal dan teknologi antara satu negara dengan negara lain telah mengakibatkan tuntutan-tuntutan agar negara-negara lebih membuka diri terhadap persaingan dari luar negri. Hak-hak monopoli yang diberikan pemerintah kepada produsen dalam negeri perlahan-lahan dihapuskan karena tekanan-tekanan luar negeri semakin keras, dan terbukti usaha monopoli tidak menguntungkan, tidak efisien dan membebani masyarakat.
Persaingan telah mengubah perusahaan-perusahaan dalam melayani pasarnya. Hanya mereka yang berubahlah yang dapat terus bertahan. Perusahaan harus membuka matanya terhadap segmen-segmen yang baru terbentuk. Ia harus mengubah produknya, kemasannya, pendekarannya, cara menangani pasarnya, atau bahkan semen pasarnya dari waktu ke waktu.
Bayangkan dulu hanya ada satu surat kabar dan maja-lah umum . Isinya (redaksional) pun macam-macam. Ada politik, ekonomi, hukum, agama, keluarga, teknologi, kriminalitas, kebudayaan, pendidikan, dan sebagainya. Dahulu, media-media cetak ini pun tidak membatasi siapa pembacanya. Yang penting pembaca itu bisa membaca. Dan pada masa itu konsumen yang bisa membaca masih dapat dikategorikan sebagai average consumer. Maka semua suratkabar dan majalah di Indonesia hingga tahun 1970-an adalah suratkabar atau majalah berita umum dengan isi macam-macam.
Tapi sekarang ini era pers umum sudah berakhir . Lihatlah sekarang ini konsumen sudah mencari tabloid Kontan, harian Bisnis Indonesia, atau Neraca untuk mengikuti beritaberita ekonomi. Kaum wanita pun sudah memiliki bacaannya sendiri. Mereka dapat memilih Femina, Dewi, atau Nova. Sedangkan anak-anak gadisnya membaca Gadis atau majalah remaja lainnya. Untuk peminat olahraga pun ada Bola dan Sport if Untuk yang mencari gaya hidup dapat membaca Tiara atau Jakarta-Jakarta. Sedangkan pria pembaca berita dapat memilih Gatra, Forum Keadilan, Panjimas, dan sebagainya. Untuk interior rumah, kesehatan, real estat, belanja dan sebagainya semua ada medianya masingmasing. Minimal media-media cetak itu sudah mulai membedakan pembacanya dari segi kelas sosial ekonomi, gender, atau minat yang spesifik. Tanpa segmen yang jelas mereka akan kesulitan memasarkan produknya, mendesain berita dan menarik iklan.
Dalam pemasaran barang-barang konsumsi pun terjadi hal yang sama. Masuknya produsen makanan baru telah memaksa para produsen makanan menyesuaikan diri. Dahulu hanya ada satu merek mie instant dengan rasa ayam. Sekarang mie-mie instant itu harus bersaing ketat. Persaingan membuat produsen makanan menjadi lebih kreatif sehingga jenis-jenis mie instant baru bertambah terus. Dalam bidang keuangan, deregulasi perbankan juga telah memacu bank-bank melakukan segmentasi dengan jelas. Bank-bank mulai membedakan consumer/retail banking dengan corporate banking. Hal ini juga terjadi dalam dunia kesehatan, obato-batan, perawatan kecantikan, jasa-jasa seperti penerbangan, travel, pendidikan, perhotelan, dan sebagainya.
Pesaing-pesaing baru mempelajari kelemahan-kelemahan pelayanan yang diberikan oleh para produsen yang melayani segmen yang sangat luas dan mencoba melayani segmen yang lebih sempit dengan lebih baik. Karena segmennya lebih maka is dapat mengenal lebih baik dan lebih tahu bagaimana cara mempertahankan kesetiaan pelanggannya. Sejalan dengan berkembangnya media-media massa yang makin segmented, produk-produk baru ini menjadi lebih mudah dilayani.
Pustaka
Membidik pasar Indonesia: segmentasi, targeting, dan positioning Oleh Rhenald Kasali
Tidak ada komentar :
Posting Komentar