Mau tidak mau para dokter dalam proses menegakkan diagnosis dan memberikan terapi sangat bergantung pada teknologi. Namun, bukan berarti bahwa semua proses tersebut harus menggunakan teknologi kedokteran secara berlebihan. Semua teknologi adalah baik, bila digunakan secara tepat. Postman mengatakan, para dokter cenderung tergantung pada teknologi kedokteran dengan alasan: (1) inovasi teknologi identik dengan kemajuan dan (2) teknologi merupakan fondasi profesi kedokteran. Memang betul. Tetapi, teknologi juga menimbulkan akibat negatif baik bagi pasien mau pun dokter. Teknologi kedokteran bukan hanya akan menjauhkan jarak antara dokter dengan pasiennya, melainkan juga menjauhkan jarak dokter dengan dirinya sendiri, secara personal maupun profesi. Semakin menjauhnya hubungan dokter-pasien sudah dijelaskan di atas.
Teknologi kedokteran dapat menghilangkan kepercayaan diri dokter. Kemampuan klinis dokter kini cenderung digantikan oleh teknologi. Dokter lebih mempercayai kemampuan foto x-ray dibandingkan keterampilan fisik diagnostik. Tidak jarang para dokter melakukan palpasi, perkusi, dan austultasi hanya sekadarnya supaya kelihatan bahwa ia sudah melakukan tugasnya (memeriksa pasien). Karena dalam dirinya sudah terpendam pikiran: “nanti kan ada hasil fotonya”. Para dokter mungkin juga mulai kurang memperhatikan pemeriksaan shifting dullness untuk mengetahui adanya asites. Mereka lebih mengandalkan kemampuan USG.
Sedikit demi sedikit kemampuan klinis mulai luntur dan dokter tidak lagi mempercayai kemampuan klinisnya sendiri. Fakta lain, betapa sering para dokter mengobati pasien dengan obat anti-tuberkulosis paru berdasarkan hasil foto yang menunjukkan basil TBC (yang sebenarnya menurut foto x-ray, itu hanyalah gambaran fibrosis atau bekas TBC), padahal pasien tersebut tidak batuk dan tampak sehat. Tidak jarang para dokter memberikan antibiotik pada pasien dengan peningkatan titer Widal, padahal pasien tersebut tidak menderita demam sama sekali. Peran teknologi mulai bergeser, bukan lagi sebagai pembantu, melainkan sebagai tuan (master). Teknologi bukan lagi menjadi pelayan, melainkan menjadi tuan bagi si dokter.
Pustaka
Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik Kedokteran Oleh J.B.Suharjo B.Cahyono,Dr.,Sp.PD
3/20/2013
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar